Konser dalam rangka pesta merilis album baru mereka, digelar di Dago Tea House yang dingin dan nyaman.
Sabtu, 17 April 2010, FFWD Records menggelar konser launching album bagi dua band yang di bawah naungan labelnya bertempat di Dago Tea House Bandung. Malam itu Hollywood Nobody, finalis LA Lights Indiefest meluncurkan album perdananya Everything Happen For A Reason. Band yang terbentuk pada 29 September 2005 di Bandung ini mempunyai formasi: Dian Safitri Irawan (vocal), Romy Febriansyah (guitar), Irma Wahyuni Irawan (keyboard), Luthfi Erizka (drum), dan Dendy Revolusi (bass). Everything Happen For A Reason dipilih menjadi nama album perdana Hollywood Nobody karena kalimat tersebut mempresentasikan perjalanan band yang mengusung musik bossanova ini selama 5 tahun bermusik. “ Selama lima tahun ini kami menjadi banyak belajar mengenai musik, baik dari segi memperdalam musikalitas kami maupun menggali pengalaman mengenai industri musik, kami pun sebelumnya tidak menyangka bahwa band kami akan menggelar konser,” kata Dian pada saat konferensi pers beberapa jam sebelum konser.
Selain Hollywood Nobody, band electronic Homogenic yang sebelumnya sudah mempunyai dua album yang berjudul Epic Simphony dan Echoes of The Universe meluncurkan album ketiganya yang diberi nama Let a Thousand Flowers Bloom sekaligus memperkenalkan vokalis baru mereka yakni Amandia Syachridar yang menggantikan Risa Saraswati. Perbedaan visi dan kepindahan Risa untuk melanjutkan pendidikan ke negeri kanguru Australia merupakan alasan kuat bagi Risa untuk meninggalkan band yang telah menelurkan dua album bersamanya.
Sosok Amandia Syachridar lebih dikenal melalui karyanya bersama Andezzz (departure:people) pada medio 2006, biduan ini juga merupakan salah satu anggota EMS choir group yang pernah memenangkan festival musik di Korea beberapa waktu silam. Selain itu Amanda juga sering melakukan klaborasi dengan beberapa DJ ternama, seperti DJ Winky, DJ Delizious Devina, DJ Alvin 1945, dll. Kedekatan Amandia dengan dunia musik elektronik merupakan salah satu alasan Homogenic menarik dirinya sebagai vokalis baru. Karakter vokal Amandia yang manis dan bright merupakan daya tarik lain bagi Homogenic yang dinilai cocok dengan album teranyar yang mempunyai nada-nada yang bernuansa optimis, positif, cheerful, dan uplifting. “Album baru Homogenic kini tidak didominasi oleh unsur mood gloomy, dark, dan hopeless, oleh karena itu kehadiran Amandia dapat memberikan nuansa yang lebih bersemangat dan ceria,” kata Dada sang manager Homogenic.
Terlambat dua jam, pukul setengah sembilan malam konser pun dimulai, Dago Tea House sudah dipenuhi oleh penonton yang mengambil posisi di tempat duduk yang tersedia. Diwajibkannya penonton untuk duduk dan larangan merokok selama konser berlangsung, membuat penonton serasa menonton di bioskop. Tirai yang tadinya menutupi panggung pun dibuka. Hollywood Nobody tampil pertama. Setelah menyapa penonton Dian dkk membuka penampilan dengan dua lagu sekaligus termasuk tembang manis berjudul “Ballad of A Hero” yang terdengar tetap manis di tengah beberapa gangguan sound system. Dilanjut dengan “Into Hate,” perpaduan dinginnya sound gitar akustik dari Romy dan permainan bass yang melodius cukup memukau para penonton.
Dalam penampilannya malam itu Hollywood Nobody dibantu oleh backing vocal Ay dari Baby Eats Cracker dan Ucay Alone At Last yang tampil mengisi solo gitar pada lagu Secret Nobody Knows. “High heels ini membunuhku,” kata Dian sang vokalis sambil menbuka sepatunya sebelum memperkenalkan lagu-lagu Hollywood Nobody dalam album perdananya seperti “The Boy And a Guitar”, “Woe To You Lover”, “I Write This Song For You”, “Love Me”, “Theories”, dan “No Excistense Could Be Harder.”
Nampaknya penonton masih belum familiiar dengan lagu-lagu Hollywood Nobody walaupun setiap lagu mendapat sambutan tepuk tangan yang meriah. Nomor yang ditunggu para penonton adalah cover version dari The Cure yakni lagu yang berjudul “Love Song”. Cover version yang aransemennya bernuansa jazz mampu membuat ikut bernyanyi. Suasana dingin dan cozy yang dibangun Hollywood Nobody sejak dari lagu pertama membuat penonton bosan dan mengantuk. Entah karena musik yang diusung oleh Hollywood Nobody atau aksi panggung yang kurang atraktif membuat beberapa penonton tertidur. Hollywood Nobody menutup penampilan mereka dengan single pertamanya yang berjudul "Telescope."
Homogenic langsung menyapa para Savior--sebutan bagi penggemar Homogenic—dengan lagu yang diambil dari album terdahulu yang berjudul “Utopia” pada pukul sepuluh malam. Kesan mengawang dan gloomy langsung sirna ketika mendengar lantunan suara dari Amandia sang vokalis baru. Perubahan aransemen ditambah pembawaan vokal yang ceria mampu membangunkan penonton dari rasa kantuk. Konser launching album Homogenic ini merupakan debut dari Manda tampil di hadapan banyak orang bersama Homogenic. Meskipun malam itu merupakan penampilan perdana Amandia bersama Homogenic, wanita yang akrab disapa Manda ini tidak kaku bahkan bernyanyi dengan kualitas vokal yang ciamik.
Berbeda dengan penampilan penampilan sebelumnya, kini Homogenic tampil dengan format full band. Selain tiga personil utama yakni Deena (keyboard), Grahadea( Programming), dan Amandia (vokal), malam itu Homogenic dibantu oleh Hari (bass), Bintang (perkusi), Gebeg (drum) dan Maradila (backing vocal). Latar belakang Gebeg sebagai additioanal drum bagi banyak band cadas di Bandung, memberikan power dan permainan drum yang dinamis bagi penampilan Homogenic. Pria yang juga dikenal sebagai penyiar kocak di salah satu radio swasta di Kota Bandung sesekali memasukan gaya permainan drum yang atraktif seperti teknik double pedal sehingga membuat lagu-lagu yang dibawakan menjadi lebih hidup dan berisi. Terbukti para penonton beberapa kali meneriakan nama Gebeg yang disambut dengan raut wajah bahagia dari pria di balik drum ini. Lagu berjudul “Radio” dari album baru langsung diperkenalkan yang tanpa banyak basa-basi langsung disambung ke lagu berikutnya, “Am I.”
Penampilan Homogenic malam itu tak dipungkiri lagi dapat membius penonton, apalagi ditambah visual yang menakjubkan dari Guntech. Di tengah-tengah penampilannya mereka membawakan lagu “Senja Berganti” yang khusus ditujukan bagi sang ex-vokalis Risa Saraswati yang malam itu juga hadir. “Lagu ini untuk our lovely sister, Risa,” ucap Deena.
Selanjutnya Manda menceritakan mengenai konsep album, judul Let a Thousand Flowers Bloom yang memiliki arti membiarkan ide-ide baru bermunculan di masyarakat. Pada album ini juga berisikan sebuah kampanye Hope and Change yang menjadi isu penting di dunia saat ini. Pada album ketiga ini, mereka melibatkan 12 penulis untuk menginterpretasikan lirik-lirik yang lagu yang diubah menjadi tulisan untuk membangkitkan semangat Hope and Change.
Selain melibatkan penulis, pada album ini juga mereka melibatkan Arina (Mocca) dan Widi (Maliq and D’essentials) dalam proses rekamannya. Dalam pembuatan desain album, mereka melibatkan seniman grafis asal Indonesia yang namanya tengah naik daun di dunia desain internasional, Arkiv (Rasyid Vilmansa). Seniman grafis ini tengah mempersiapkan pamerannya di Boston, Amerika Serikat.
Kehadiran Manda sebagai vokalis baru Homogenic benar-benar membawa hawa segar malam itu, Lagu-lagu baru mereka seperti “Destiny”, “Something I Can’t Hide”, “Happy Without You”, “Is It Love”, “Weaping Mother Earth”, “I’ll be Yours”, dan single pertama “Seringan Awan” dibawakan dengan elegan yang dipadukan dengan penghayatan vokal yang maksimal. Setelah lagu “Sampai Jumpa” yang berirama bossanova, Homogenic menutup konser malam itu dengan encore lagu yang diambil dari album terdahulu “ Kekal” dan “Transmutasi”.
Sumber WWW.rollingstone.co.id/read/2010/04/20/684/5/1/Homogenic-dan-Hollywood-no-body-merilis-album