Menjelang penutupan tahun 2009, Bangsa Indonesia telah kehilangan Putra terbaiknya Rabu 30.12.2009 Pukul 18.45 , seorang pluralis dan multikulturalis, terus terang saya merasa kehilangan, seorang pelindung bagi kaum minoritas dan kaum marginal, saya sendiri adalah minoritas oleh karena itu saya sengat merasa kehilangan, hari ini saya melihat prosesi pemakan Gus Dur, saya sangat kaget bukan hanya dari kalangan muslim tapi juga Non muslim turut Beduka dengan kepergian Gus Dur, dari situ saya paham bahwa Ia telah meninggalkan Karya Besarnya bagi masyarakat Indonesia Yaitu Pluralistime, kerangka pluralisme inilah yang kemudian mengdekonstruktif kembali proses asimilasi menjadi sebuah kemajemukan, artinya kalau dalam proses asimilasi adanya proses pembauran minoritas terhadap mayoritas dengan adanya paksaan partial baik verbal dan non verbal, maka dengan adanya pluralistis menganggap minoritas dapat berperan dalam membangun Indonesia tanpa harus menafikan identiatas mereka, dan keberadaan mereka adalah satu kesatuan yang diakui oleh NKRI, itulah pluralistis, dan Gus Dur juga memperlihatkan Bagaimana berpikir tidak menggunakan proses linear mainstream tapi menggunkan proses sekunder yang lebih luas yang bisa dinalar oleh setiap Subjek manusia, Salah satu kata yang saya ingat dari Gus Dus ialah bahwa Tuhan tidak perlu Di Tolong, Manusia yang harus diTolong kurang lebih seperti itu
Selamat Tinggal Sang Pluralis dan Multikulturalisme Pelindung bagi Kaum Minoritas dan Marginal
Selamat Tinggal Sang Pluralis dan Multikulturalisme Pelindung bagi Kaum Minoritas dan Marginal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar