Hari
ini setidaknya saya mencoba mengutarakan pendapat terhadap pemfitnah kitab
Bilangan 31:1-27, tapi titik beratnya pada ayat 17-18, karena pada ayat
tersebut sangat krusial kalau tidak menegrti konteks sejarah Israel, salah satu
penuh menuduhkan bahwa redaksi bilangan 31:17-18 kejam dan tidak pantas,
bagaimana mungkin tuhan memerintahkan perintah yang kejam dan tidak manusiawi,
kurang lebih begitu redaksi tuduhan tersebut. Kita harus sadari bahwa seseorang
menuduh dengan tuduhan tersebut karena tidak mengerti konteks sejarah alkitab
yang rigid kronologis, sehingga tidak bisa asal comot ayat, sedangkan setiap
batang tubuh dalam kitab-kitab yang ada dalam alkitab mempunyai struktur garis
waktu atau krononlogis yang ketat, atau
bisa dibilang sejarah alkitab sebuak kitab yang bermuatan fakta-fakta sejarah peradaban serta doktrin
teologis Israel menjadi satu kesatauan, sehingga pembaca alkitab dapat mengerti
konteks firman tersebut, atau saya biasa menyebutkan kontekstual temporer dan
tekstual kontinuitas. Nah penuduh tersebut tidak
memahami konteks sejarah pada bilangan 31 tersebut, perlu dijelaskan bahwa pasal 31 terkait dengan bilangan pasal
25 dimana orang-orang Israel berlaku serong dan mengambil perempuan-perempuan
moab dan menggiring mereka kepada penyembahan ilah-ilah atau berhala, dan juga
adanya pemuda Israel yang membawa perempuan midian kepada orang tuanya, hal tersebut
membuat murka tuhan sekaligus menodai kekudusan dan kerhormatan tuhan elohim,
karena Israel adalah umat perjanjian artinya bangsa yang kudus, hal tersebut
dapat dilihat pada bilangan 25;
“25:1 Sementara Israel tinggal di Sitim, j mulailah
bangsa itu berzinah k dengan
perempuan-perempuan l Moab.
m 25:2
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan n bagi allah
o mereka,
lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu
1 . 25:3 Ketika
Israel berpasangan p dengan
Baal-Peor, q bangkitlah
murka TUHAN terhadap Israel; 25:4 lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai
r bangsa itu
dan gantunglah s mereka
2 di hadapan TUHAN t di tempat
terang, supaya murka u TUHAN yang
bernyala-nyala itu surut dari pada Israel." 25:5 Lalu
berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing kamu
membunuh v
orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor. w " 25:6
Kebetulan datanglah salah seorang Israel membawa seorang perempuan Midian x kepada
sanak saudaranya dengan dilihat Musa dan segenap umat Israel yang sedang
bertangis-tangisan y di depan
pintu Kemah Pertemuan. 25:7 Ketika
hal itu dilihat oleh Pinehas, z anak
Eleazar, anak imam Harun, bangunlah ia dari tengah-tengah umat itu dan
mengambil sebuah tombak a di
tangannya, 25:8 mengejar
orang Israel itu sampai ke ruang tengah, dan menikam mereka berdua, yakni orang
Israel dan perempuan itu, pada perutnya. Maka berhentilah b tulah itu
menimpa orang Israel. 25:9 Orang
yang mati karena tulah c itu ada
dua puluh empat ribu d orang
banyaknya. 25:10 TUHAN
berfirman kepada Musa: 25:11
"Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku dari
pada orang Israel, e oleh
karena ia begitu giat membela kehormatan-Ku 3 f di
tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku.
25:12 Sebab
itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan g yang dari
pada-Ku 25:13 untuk
menjadi perjanjian mengenai keimaman h
selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat
i membela
j Allahnya
dan telah mengadakan pendamaian k bagi orang
Israel”.
Lalu kemudian timbul pertanyaan apakah perintah
tuhan elohim untuk memunahkan bangsa midian[ii] adalah
perintah yang tidak patut dan salah?, jawabannya tidak, kita perlu ingat bahwa
perintah tersebut merupakan bentuk perlindungan tuhan elohim akan Israel sebagai
umatnya dari penyembahan ilah-ilah dan berhala, terlebih lagi sebelumnya pada
pasal yang sama para laki-laki Israel berzinah dengan bangsa moab[iii] dan menggiring mereka kepada ilalh-ilah atau
berhala. Lalu apa kaitan bangsa moab
dengan midian? Kaitannya adalah bahwa bangsa moab menggandeng bangsa midian
bekerja sama dengan memberikan bileam[iv]
sejumlah uang untuk mengutuki bangsa isreal[v].
Kemudian kita juga dapat menyaksikan bagaimana
bangsa Israel disesatkan oleh bileam dengan mengarahkan maka bangsa ini dengan
dipandu oleh Bileam menjerumuskan bangsa Israel kepada perjinahan jasmani dan
rohani untuk merusak moral bangsa isreal, bangsa yang diarahkan tersebut adalah
bangsa midian.[vi]. Maka atas fakta-fakta sejarah yang dijelaskan
dalam alkitab maka perintah Tuhan elohim untuk memunahkan atau melenyapkan
bangsa midian adalah tepat untuk melindungi bangsa isreal dari
pengaruh-pengaruh penyembahan berhala dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Tuhan Elohim.[vii]. Kemudian bagaimana dengan Bilangan 31:17 ;
“17.Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki
di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh
dengan laki-laki c haruslah
kamu bunuh. 31:18 Tetapi
semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan
laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu”
Sebagian
orang menuduh ayat 17-18 adalah ayat asusila yang tidak pantas, apakah benar,
mari kita lihat, Kita harus sekaligus membaca 2 ayat yaitu Bilangan 31:17-18,
kalau dibaca ayat 18 saja bisa timbul
salah pengertian, seolah "anak-anak perempuan" diperuntukkan bagi
para tentara-tentara Israel.[viii],
disini kita harus melihat kembali apa yang disampaikan pada ayat sebelumnya
yaitu ayat 17, dan pembacaan ayat tersebut harus keduanya tidak bisa tidak,
karena pasti akan menimbulkan kesan yang absurd kronologis, ayat 18;
“Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum
pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimua”.
Artinya
perintah tersebut hanya dikenakan kepada kepada orang midian dewasa saja,
sedangkan untuk anak-anak laki dan perempuan dari bangsa midian(terjemahan lain
menyebutkan anak-anak perawan dan perjaka), alasan mereka belum pernah masuk ke
dalam penyembahan Baal yang dalam pemujaannya dengan tindakan-tindakan seksual,
tapi ayat tersebut tidak disebutkan
bahwa anak perawan tersebut dijadikan objek seksual bukan?.
Karena hukum taurat melarang untuk berzinah, beberapa
komentator torah yahudi sepakat bahwa wanita perawan tersebut dijadikan budak dan bukan untuk disetubuhi dan
juga dipelihara dan didik oleh bangsa isreal.[ix]. Lalu bagaimana dengan Ulangan 21:13-14, yang menyatakan
perintah tersebut adalah bentuk asusila dan tidak pantas maka kita harus melihat ayat sebelumnya 21:10;
"Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu 1 , dan TUHAN,
Allahmu, menyerahkan mereka ke dalam tanganmu s dan engkau menjadikan mereka tawanan,
t 21:11 dan engkau melihat di antara tawanan itu seorang
perempuan yang elok, u sehingga
hatimu mengingini dia v dan
engkau mau mengambil dia menjadi isterimu, 21:12 maka haruslah engkau membawa dia ke dalam rumahmu.
Perempuan itu harus mencukur rambutnya, w memotong
kukunya, 21:13 menanggalkan pakaian yang dipakainya pada waktu
ditawan, dan tinggal di rumahmu untuk menangisi ibu bapanya sebulan x lamanya.
Sesudah demikian, bolehlah engkau menghampiri dia dan menjadi suaminya,
sehingga ia menjadi isterimu. 21:14
Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya, maka haruslah engkau membiarkan dia
pergi sesuka hatinya; tidak boleh sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran
uang; tidak boleh engkau memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah
memaksa dia”.
Kalau
kita lihat dari redaksi ayat 10 jelas sekali menandakan tuhan menyerahkan
perempuan-perempuan tersbut, untuk dimilik sebagai isteri, artinya disini tidak
diperkenankan memiliki perempuan dari bangsa yang kalah perang untuk objek
seksual atau concobinat(kumpul kebo), karena perzinahan semacam itu melanggar
hukum[x].
Timbul
pertanyaan kemudian adakah bentuk penghargaan terhadap perempuan-perempuan dari
sebuah bangsa yang kalah perang bagi Israel?, hal demkian sering dijadikan
tuduhan keji terhadap alkitab, maka dapat penulis jelaskan bahwa hal tersebut
adalah sebuah tuduhan tanpa dasar,
sekali lagi karena mereka tidak mengerti sejarah dari bangsa Israel. Bentuk
penghargaan terhadap perempuan-perempuan yang kalah perang untuk selanjutnya
disebut tahanan perempuan, adapun bentuk penghargaan terhadap tawanan perempuan
adalah jika salah seorang dari laki-laki Israel menyukai salah satu dari
tawanan perempuan, maka laki-laki tersebut tidak boleh memperlakukan tahanan
perempuan tersebut secara semena-mena. Adapun syarat untuk menikahi tawanan
perempuan sebagaimana disebutkan dalam Ulangan 21:12-13;
“21:12 maka haruslah engkau membawa dia ke dalam rumahmu.
Perempuan itu harus mencukur rambutnya, w memotong
kukunya, 21:13 menanggalkan pakaian yang dipakainya pada waktu
ditawan, dan tinggal di rumahmu untuk menangisi ibu bapanya sebulan x lamanya.
Sesudah demikian, bolehlah engkau menghampiri dia dan menjadi suaminya sehingga
ia menjadi isterimu”[xi]
Ayat di atas adalah
sebuah bentuk simbolik dari proses adaptasi dengan budaya Israel, dan adapun
proses adaptasi tersebut lamanya adalah 3 (tiga) bulan sebelum diperisteri. Dari
ulangan 21:12-13 ada dua makna besar yang terkandung yaitu proses transformasi
tawanan perempuan dari bangsa lain menjadi bagian dari umat perjanjian, dan
makna lain adalah bentuk simbolis perkabungan tahanan perempuan tersebut harus
meinggalkan bangsa asalnya dan menjadi bagian dari umat Israel, setelah proses
tersebut selesai maka laki-laki Israel diperkenankan untuk melakukan prosesi
pernikahan. Lalu bagaimana seandainya jika laki-laki Israel tidak menyukai
perempuan tersebut bagaimana nasibnya? Apakah akan menjadi tawanan atau budak?,
menurut ulangan 21:14
” 21:14 Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya,
maka haruslah engkau membiarkan dia pergi sesuka hatinya; tidak boleh
sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau
memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia”
Alkitab sendiri
memberikan perlindungan yang tegas bagi tahanan perempuan tersebut, jika sudah
tidak diingini oleh laki-laki tersebut maka perempuan tersebut harus diberikan
kebebasan dan membiarkan mereka pergi sebagai manusia merdeka, dan juga wanita
tersebut tetap menjadi warga Negara Israel, dan mendapatkan hak dan kewajiban
yang setara dengan warga Israel lainnya [xii],
artinya juga derajat perempuan tesebut
tidak turun tapi tinggi dan memberikan penghargaan lebih kepada perempuan
tersebut, indikasi ini dapat dilihat dari frase “tidak
boleh sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau
memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia” disitu terlihat jelas bahwa perempuan yang
sudah tidak dinginkan oleh suaminya tidak dijual, artinya tidak boeh dianggap
sebagai barang dagangan atau objek seperti budak, maka jelas sekali alkitab
memberikan jaminan penghargaan kepada tahanan perempuan yang dijadikan isteri.
[i]
Semua ayat-ayat refrensi alkitab dikutip dari situs http://alkitab.sabda.org/home.php
[ii]http://gpdikristuskeselamatan.blogspot.co.id/2015/07/pembalasan-terhadap-orang-midian.html,
Bangsa Midian sebenarnya adalah
keturunan Bapak Abraham juga, tetapi lahir dari istrinya yang bernama Ketura,
yang dinikahinya setelah ibu Sara meninggal. (Kej.25:1-2).Bangsa ini dikenal
sebagai bangsa yang kuat dan pemberani. Lokasi tempat tinggalnya yang
bertetangga dekat dengan bangsa Moab membuat mereka banyak terpengaruh oleh
bangsa yang selalu menjadi musuh bebuyutan bangsa Israel itu.,
[iii]
Ibid, Adapun bangsa Moab adalah bangsa yang lebih
melambangkan dosa, karena kebera-daannya tidak lepas dari dosa perselingkuhan
tak wajar antara Lot dan anak kandungnya sendiri yang terkontaminasi oleh dosa
Sodom Gomora yang dihancurkan oleh Allah. (Kej.19:27-39). Mereka yaitu kedua
putri Lot melahirkan putera-puteranya, Amon dan Moab yang berkembang menjadi
bangsa Amon dan Bangsa Moab., untuk selanjutnya tentang hal ini dapat dilihat
di http://www.sarapanpagi.org/ajaran-kejam-dalam-alkitab-vt755.html
[iv]
Bileam dalam tradisi Isreal dianggap sebagai dukun
[v]
Lihat bilangan 22
[vi]
Ilihat bilangan 31:16
[vii]
Perlu kita pahami bahwa, keadaan bani Israel kala itu berada diantara
orang-orang yang menyembah ilah-ilah, mereka ini adalah bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah. Dan kehidupan mereka ini "jauh dari ketetapan
Allah". Sehingga Allah memberikan batasan yang keras bahwa umat Allah
tidak boleh "bergaul" dengan orang-orang itu, sebab mereka memberikan
potensi besar untuk membelokkan kepercayaan mereka kepada YHVH, http://www.sarapanpagi.org/ajaran-kejam-dalam-alkitab-vt755.html
[ix]
http://www.sarapanpagi.org/penjelasan-bil-31-17-vt3073.html,
Mereka ini diselamatkan dan kemudian mereka ada dalam asuhan bangsa Israel,
yang bisa jadi kemudian menjadi bagian dari bangsa Israel, karena bagaimanapun
bangsa Midian adalah masih keturunan Abraham (Zipora istri Musa sendiri adalah
orang Midian, dan kemudian menjadi bagian dari bangsa Israel). Bilangan
31:17-18 bukanlah perintah "boleh memperkosa" tetapi suatu perintah
untuk berbelas-kasihan pada golongan anak-anak yang tidak bersalah dan agar
tidak ikut mati dalam sebuah peperangan.
[x]
Bangsa Israel telah memasuki babak akhir dari masa pengembaraan mereka di
padang gurun. Kini mereka telah berada
di seberang sungai Yordan dan bersiap untuk memasuki dan menduduki tanah
Kanaan. Musa yang telah memimpin bangsa
Israel sampai sejauh itu, telah mengetahui bahwa Tuhan tidak memperkenankan
dirinya memasuki tanah Kanaan bersama dengan bangsa Israel. Oleh karena itu, sebelum saat kematiannya
tiba Musa menggunakan waktu yang tersisa untuk menyampaikan ulang hukum-hukum
Tuhan yang telah diterimanya di gunung Sinai kepada generasi Israel yang baru.
Dari sekian banyak hukum yang disampaikan Musa kepada bangsa Israel, inilah
hukum yang mengatur perkawinan seorang pria Israel dengan perempuan asing, yaitu
perempuan yang ditawan dalam peperangan.
Sekilas nampaknya aturan ini berkontradiksi dengan Ulangan 7:3 di mana
Israel dilarang untuk kawin dengan bangsa-bangsa di sekitar mereka. Namun bila kita amati dengan seksama
tidaklah demikian, sebab peperangan yang dimaksud di sini bukanlah peperangan
yang terjadi di daerah Kanaan atau daerah-daerah tetangga Kanaan, melainkan
peperangan dengan daerah/kota yang sangat jauh (Ul. 20:15). Hukum perkawinan ini diberikan dengan dua
tujuan dasar yaitu agar pria Israel dijauhkan dari perzinahan, dan tawanan
perempuan itu mempunyai waktu untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang
baru. http://bennysolihin.blogspot.co.id/2011/06/eksegese-ulangan-2110-14.html
[2]
[xi]
http://bennysolihin.blogspot.co.id/2011/06/eksegese-ulangan-2110-14.html,
sehingga ia menjadi isterimu”. Frasa ini
cukup jelas menekankan kata “isteri”, artinya bahwa gadis tawanan itu tidak
dijadikan gundik, melainkan isteri. [14] Jadi meskipun kita hidup di zaman yang
berbeda, bagian ini sangat penting untuk kehidupan sosial kita di abad 21 ini,
terutama godaan seks. Sangat jelas dari
hukum kemanusiaan ini bahwa hubungan seks pranikah sangat dilarang. [15]
[xii]
Ibid, “Membiarkan dia pergi”. Dalam bahasa Ibrani istilah “syillah”
secara harafiah berarti “melepaskan” atau “memberangkatkan”. Kata ini
dipakai dalam Ulangan 24:1, Yesaya 50:1 dan Yeremia 3:8 sebagai istilah teknis
dengan arti “menceraikan”, maka dapat disimpulkan bahwa demikianlah artinya di
sini juga. Itu berarti bahwa perempuan yang bersangkutan tidak dibiarkan
pergi begitu saja, melainkan diberi surat cerai yang resmi, sehingga statusnya
terjamin di tengah masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar