Selamat Tinggal Sang Pluralis dan Multikulturalisme Pelindung bagi Kaum Minoritas dan Marginal
Kamis, 31 Desember 2009
PENUTUPAN TAHUN 2009
Selamat Tinggal Sang Pluralis dan Multikulturalisme Pelindung bagi Kaum Minoritas dan Marginal
Minggu, 13 Desember 2009
”Marsinah”
Jakarta, Sinar Harapan
Misteri pembunuhan Marsinah—seorang buruh pabrik PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur—tanggal 8 Mei 1993 yang sempat menghebohkan waktu itu dan pelakunya hingga kini belum terungkap diangkat ke layar lebar lewat judul Marsinah (Cry Justice). .
Film berdurasi dua jam yang disutradarai Slamet Rahardjo Djarot itu menggunakan cara bertutur kronologis lengkap dengan tanggal dan tempat kejadian, tak ubahnya seperti film dokumenter. Dibuka dengan adegan unjuk rasa buruh PT CPS, film bergulir dengan adegan penangkapan para buruh dan petinggi PT CPS oleh sejumlah oknum berbaju preman, diselang-seling adegan hitam putih yang menceritakan kilas balik saat Marsinah bersama rekan-rekannya menggerakkan buruh untuk meminta hak mereka.
Seperti yang biasa terjadi di rezim Orde Baru dulu, setiap orang yang diciduk oleh oknum-–sebagai kata ganti aparat militer—mengalami siksaan. Tiga belas orang buruh yang ditangkap, semuanya dituduh PKI, sebuah stigma yang biasa diberikan masa Orde Baru dulu untuk orang-orang yang mengikuti aksi demonstrasi yang dianggap bisa mengganggu stabilitas keamanan nasional. Tak kurang delapan petinggi PT CPS yang ditangkap tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai Kodim Brawijaya.
Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Awalnya mereka semua mengelak terlibat, tapi akibat siksaan yang tiada henti, satu per satu akhirnya terpaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Mutiari yang sedang hamil muda pun, tak urung keguguran saat diinterogasi.
Menyadari istrinya hilang, suami Mutiari, Hari Sarwono mencari istrinya ke mana-mana. Mulai dari pabrik PT CPS hingga ke kantor polisi setempat. Bisa ditebak, hasilnya nihil. Dari informasi yang diperoleh dari seorang karyawan PT CPS, Hari mengetahui kalau istrinya dibawa oknum tak dikenal. Hari lalu mendatangi LBH Yayasan Persada Indonesia, Surabaya untuk mencari bantuan. Sementara itu, keluarga Hari merasa malu atas pemberitaan media mengenai pelaku pembunuhan Marsinah yang mengarah pada Mutiari dan rekan-rekannya, meminta Hari untuk menceraikan Mutiari.
Hari yang yakin istrinya tidak bersalah, menolak permintaan keluarganya dan semakin getol mencari bantuan. Tak tanggung-tanggung, Hari mendatangi SCTV Surabaya untuk menceritakan istrinya yang hilang. Di situ Hari juga mengungkapkan oknum yang terlibat dalam penangkapan istrinya, yang diduganya sebagai anggota militer. Berita seputar terbunuhnya Marsinah dan penangkapan karyawan PT CPS yang semakin gencar membuat aparat militer panik. Apalagi Hari bermaksud mempraperadilankan aparat atas penangkapan dan penahanan yang tidak sesuai prosedur.
Aparat balik menekan Mutiari dan mempercepat proses pemeriksaan, dipindahkan ke tahanan Polda Jawa Timur hingga akhirnya Mutiari dipaksa menandatangani BAP dan diajukan ke pengadilan sebagai tersangka. Karena keburu diajukan ke pengadilan, gugatan pra peradilan gugur dan sidang Mutiari digelar lebih cepat dibandingkan rekan-rekannya yang lain sebagai ”hukuman” karena suaminya bersikeras mempraperadilankan aparat.
Sisa film dipenuhi dengan adegan pengadilan Mutiari dan rekan-rekannya yang divonis bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo, sampai mereka mengajukan banding dan kasasi ke MA yang membebaskan mereka karena tidak cukup bukti. Sementara pembunuh Marsinah yang sebenarnya tak pernah terungkap. Film diakhiri dengan adegan adik Marsinah, Marsini, yang menangis sambil menatap tumpukan majalah dan koran yang dipenuhi berita Marsinah mempertanyakan siapakah yang sebenarnya membunuh kakak kandungnya.
Dokumenter
Film yang berjudul Marsinah ini boleh dibilang telah lama ditunggu. Ada sepercik harapan untuk menyaksikan kisah perjuangan Marsinah yang menjadi bahan pembicaraan beberapa tahun lampau. Namun ternyata, Slamet Rahardjo tidak memberi porsi penuh pada Marsinah. Alih-alih, ia malah menggambarkan perjuangan Mutiari, mantan tersangka utama pembunuh Marsinah, untuk memperoleh keadilan. Tokoh Marsinah hanya muncul dalam cerita kilas balik yang digambarkan hitam-putih.
Penonton tidak diberi pengantar yang cukup untuk mengetahui sosok Marsinah dan apa yang membuatnya sampai tewas terbunuh, sehingga kematiannya memang perlu dijadikan bahan renungan. Penonton hanya disuguhi adegan Marsinah terbunuh, divisum dan dikuburkan hingga sempat dibongkar lagi untuk diperiksa ulang. Mengingat kurun waktu yang cukup lama dari peristiwa yang terjadi hampir 10 tahun lampau, kata pengantar agaknya diperlukan, apalagi bagi penonton yang ketika itu belum mengikuti peristiwa tersebut sehingga harus meraba-raba peristiwa yang terjadi.
Yang patut dipuji adalah keberanian sang sutradara mengungkap oknum alias aparat yang terlibat. Tanpa menyebut nama, sutradara cukup jelas memberikan gambaran siapa pihak yang berwenang saat itu. Selain itu, akting dan wajah para pemain yang notabene pemain baru, juga cukup lumayan. Sayangnya, hingga akhir film usai pertanyaan besar mengenai perjuangan Marsinah tak pernah terungkap.
Simbol Perjuangan
Disinggung mengenai peran Mutiari yang lebih dominan dalam film ini dibandingkan Marsinah, Slamet Rahardjo mengatakan dirinya memang sengaja ingin menjadikan Marsinah sebagai idiom bahwa Marsinah adalah identik dengan semangat kebebasan, keadilan serta sendi-sendi kehidupan yang saat itu tiba-tiba menjadi beku.
”Marsinah bukan lagi nama gadis desa atau pejuang buruh tetapi telah menjadi idiom permasalahan kita semua. Kebesaran nama Marsinah tidak perlu diungkapkan oleh dirinya sendiri tapi bisa lewat orang lain yaitu Mutiari. Angle yang ingin saya angkat adalah seperti itu dan bukan membuat film biografi,” tandas Slamet usai pemutaran film perdana Marsinah (Cry Justice) di gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Rabu malam lalu (3/4).
Kesan film ini terkesan berat sebelah karena kurang mengungkapkan informasi dari sisi aparat keamanan, juga dibantah Slamet. Menurutnya ia sudah berusaha mengungkap apa adanya sesuai data yang timnya peroleh, sementara pihak militer seperti yang terungkap dalam persidangan selalu membantah telah melakukan kesewenang-wenangan.
”Ini adalah film nonfiksi, dialognya dan jalan ceritanya nggak boleh ngarang. Saya memang sengaja tidak menyinggung orang terlalu berat dalam film ini, tapi ada indikasi jika saat itu terjadi komando tunggal,” sahut Slamet yang mengaku tidak takut dan tidak pernah mendapat tekanan selama pembuatan film ini. Apalagi sebelum pembuatan film ini, bersama PT Gedam Sinemuda Perkasa yang memproduksi film ini, dia sudah sowan ke berbagai pejabat militer.
Sesuai jadwal semula, film yang telah dinyatakan lulus sensor ini akan mulai ditayangkan di jaringan Bioskop 21 Jakarta mulai tanggal 18 April mendatang. Setelah itu, Marsinah akan preview dan diputar di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya.
Soal pembuatan film yang cukup lama hingga 2 tahun, tak lain karena masalah dana yang terbatas. ”Maklum saja kami kerja tanpa sponsor,” cetus produser Gusti Randa yang mengaku belum memiliki target jumlah penonton film ini. (din)
SUMBER: www.sinarharapan.co.id/berita/0204/05/hib01/html
Kamis, 26 November 2009
Homogenic performs again in Singapore
Some people say "the first cut is the deepest". Well, Homogenic proved that.
In our local electronic scene, Homogenic is a well-known band. They've been around since 2003, producing rare combinations of electronic music.
If you imagine that electronic music only consists of random beats and sketches from machines, then you're wrong. This band adds angelic voices to those components, making them a rare item in the scene.
Courtesy of FFWD Records
Homogenic has already released two, Epic Symphony (2003) and Echoes of the Universe (2007). Their third album Let Thousand Flowers Bloom is on its way to being released soon.
All of their records have been released by FFWD Records, a leading name in our independent scene. The Bandung-based label has proven itself in their all-out effort to spread the word about their releases, even outside Indonesia.
The label has also taken Homogenic abroad. In May, they made their first international tour, playing an All-Indonesia series called Rockin' the Region: Indonesia, at Singapore's finest art complex, Esplanade-Theater on Bay.
They did very well in that series. A few days ago, they just did their second show at the same venue, playing on a bigger stage, the Baybeats Festival 2009.
"Homogenic had earlier performed for our On the Waterfront series for a program called Rockin' The Region: Indonesia and were very well-received," says Esther Masada, programming officer from The Esplanade, explaining why she chose to invite the band back.
And, of course, they made a good impression. They added to a list of Indonesian acts that have played at the festival in previous years. This list includes Everybody Loves Irene, Elemental Gaze and Rock N' Roll Mafia.
"We felt that they could benefit from more exposure as a band by playing on a larger festival platform such as Baybeats. The band plays a very interesting style of electronic music," Esther said.
Their long career has made them easy targets for good gigs like this.
"We didn't make such a big difference in our performance. We played the same songs for this gig; all of them are also played in our regular gigs in Indonesia," says Deena Dellyana, the band's main songwriter and synth player.
"Actually, the biggest concern was our outfit. We did a special arrangement for this gig because we had to impress the local audience who had probably never seen us before," she adds.
Besides Deena, the other members of the band are Risa Saraswati (vocals) and Grahadea Kusuf (programming).
You can have sneak peak of their materials at www.homogenicworld.com and If they are around, go and check them out.
- Felix Dass
Sumber:
http://www.thejakartapost.com/news/2009/08/30/homogenic-performs-again-singapore.html
Senin, 23 November 2009
Runtuhnya Tembok berlin: 20 Tahun Kemudian
Ditulis oleh Alan Woods
Senin, 09 November 2009 03:47
Tahun 2009 adalah sebuah tahun yang dipenuhi dengan banyak hari peringatan, termasuk hari peringatan pembunuhan Luxemburg dan Liebknecht, dibentuknya Komunis Internasional, dan Komune Austria. Tidak satupun dari peringatan-peringatan ini yang menemukan gaungnya di pers kapitalis. Tetapi ada satu hari peringatan yang tidak pernah mereka lupakan: pada tanggal 9 November 1989, perbatasan yang memisahkan Jerman Barat dan Timur dibuka.
Runtuhnya Tembok Berlin di dalam sejarah telah menjadi sebuah sinonim untuk runtuhnya “komunisme”. Dalam 20 tahun semenjak peristiwa besar ini, kita telah menyaksikan sebuah ofensif ideologi yang luar biasa besar untuk melawan ide-ide Marxisme dalam skala dunia. Peristiwa ini dijunjung tinggi sebagai bukti matinya Komunisme, Sosialisme, dan Marxisme. Tidak lama yang lalu, ini bahkan dianggap sebagai akhir sejarah. Tetapi semenjak itu roda sejarah telah berputar berkali-kali.
Argumen bahwa sistem kapitalisme adalah satu-satunya alternatif untuk kemanusiaan telah terbukti hampa. Kebenaran yang ada sangatlah berbeda. Pada 20 tahun peringatan runtuhnya Stalinisme, kapitalisme mengalami krisis yang paling dalam semenjak Depresi Hebat. Jutaan rakyat dihadapi dengan masa depan yang dipenuhi dengan pengangguran, kemiskinan, pemotongan anggaran sosial, dan penghematan.
Selama periode ini kampanye anti-komunis ditingkatkan. Alasannya tidaklah sulit untuk dipahami. Krisis kapitalisme yang mendunia ini telah menyebabkan rakyat secara umum mempertanyakan “ekonomi pasar”. Ada kebangkitan rasa ketertarikan pada Marxisme, yang mengkuatirkan kaum borjuis. Kampanye fitnah yang baru ini adalah sebuah refleksi ketakutan mereka.
Karikatur Sosialisme
Yang gagal di Rusia dan Eropa Timur bukanlah komunisme atau sosialisme seperti yang dimengerti oleh Marx dan Lenin, tetapi sebuah karikatur birokratisme dan totalitarianisme. Lenin menjelaskan bahwa gerakan menuju sosialisme membutuhkan kontrol demokratis terhadap industri, masyarakat, dan negara oleh kaum proletar. Sosialisme yang sejati tidaklah kompatibel dengan kekuasaan elit birokrasi yang memiliki hak-hak istimewa, yang niscaya akan ditemani dengan korupsi yang besar, nepotisme, manajemen yang penuh pemborosan, dan kembalinya kapitalisme.
Pada tahun 1980an, Uni Soviet memiliki lebih banyak ilmuwan daripada jumlah seluruh ilmuwan di AS, Jepang, Inggris, dan Jerman; akan tetapi USSR tetap tidak dapat mencapai hasil yang sama seperti di Barat. Dalam aspek-aspek penting seperti produktivitas dan standar hidup, Uni Soviet tertinggal di belakang negara-negara Barat. Sebab utamanya adalah beban yang teramat besar terhadap ekonomi Soviet yang disebabkan oleh kaum birokrasi – jutaan birokrat yang tamak dan korup yang menjalankan Uni Soviet tanpa kontrol dari kelas pekerja.
Kekuasaan birokrasi yang mencekik ini akhirnya menyebabkan penurunan tajam tingkat pertumbuhan USSR. Sebagai akibatnya, Uni Soviet tertinggal di belakang negara-negara Barat. Biaya untuk mempertahankan pengeluaran militer yang tinggi dan biaya untuk mempertahankan kekuasaannya di Eropa Timur semakin menekan ekonomi Soviet. Munculnya seorang pemimpin Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, pada tahun 1985 menandai sebuah perubahan yang besar.
Gorbachev mewakili sayap birokrasi Soviet yang ingin mengadakan reformasi dari atas guna mempertahankan rejim tersebut secara keseluruhan. Akan tetapi, situasi di Uni Soviet menjadi lebih parah di bawah Gorbachev. Ini niscaya menyebabkan sebuah krisis, yang segera mempengaruhi Eropa Timur, dimana krisis Stalinisme diperparah oleh masalah kebangsaan.
Gejolak di Eropa Timur
Pada tahun 1989, dari satu ibukota ke ibukota yang lain, sebuah gelombang pemberontakan menyebar, menjatuhkan satu persatu rejim-rejim Stalinis. Di Rumania, Ceausescu [Sekjen Partai Komunis Polandia dan Presiden Polandia sampai tahun 1989 – Ed.] ditumbangkan oleh sebuah revolusi dan dieksekusi oleh skuad penembak mati. Satu faktor kunci dalam kesuksesan pemberontakan popular ini adalah krisis di Rusia. Di masa lalu, Moskow mengirim Tentara Merah untuk meremukkan pemberontakan-pemberontakan di Jerman Timur (1953), Hungaria (1956), dan Cekoslovakia (1968). Tetapi Gorbachev paham bahwa pilihan ini sudah tidak mungkin lagi.
Pemogokan-pemogokan massa di Polandia pada paruh pertama 1980an adalah sebuah ekspresi awal dari kebuntuan rejim tersebut. Bila gerakan yang besar ini dipimpin oleh kaum Marxis sejati, ini dapat mempersiapkan sebuah dasar untuk revolusi politik, bukan hanya di Polandia tetapi di seluruh Eropa Timur. Tetapi dengan absennya kepemimpinan seperti itu, maka gerakan ini dibajak oleh elemen-elemen konter-revolusioner seperti Lech Walesa.
Awalnya, kaum Stalinis Polandia mencoba untuk menghentikan gerakan ini dengan represi, tetapi pada akhirnya Solidaritas [Serikat Buruh Independen Polandia – Ed.] mendapatkan status legal dan diijinkan untuk berpartisipasi di pemilu tanggal 4 Juni 1989. Yang terjadi selanjutnya adalah sebuah gempa politik. Kandidat-kandidat Solidaritas memenangi semua kursi yang mereka ikuti. Ini memiliki sebuah pengaruh yang besar pada negara-negara tetangga.
Di Hungaria, Janos Kadar – untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi – telah disingkirkan dari posisi Sekjen Partai Komunis pada tahun 1988, dan rejim ini telah mengadopsi sebuah “paket demokrasi”, termasuk pengadaan pemilu. Cekoslovakia segera terpengaruh dan pada tanggal 20 November 1989 jumlah demonstran yang berkumpul di Prague meningkat dari 200 ribu ke 500 ribu. Sebuah mogok umum 2-jam diluncurkan pada tanggal 27 November.
Peristiwa-peristiwa dramatis ini menandai sebuah titik-tolak besar di dalam sejarah. Selama hampir setengah abad setelah Perang Dunia Kedua kaum Stalinis telah memerintah Eropa Timur dengan tangan besi. Rejim-rejim di Eropa Timur adalah negara-negara satu-partai yang kejam, yang didukung oleh aparatus represi yang kuat, dengan tentara, polisi, agen polisi rahasia, dan mata-mata di setiap blok perumahan, sekolah, universitas, dan pabrik. Tampaknya hampir tidak mungkin pemberontakan popular bisa menang melawan kekuasaan sebuah negara totaliter dan polisi-polisi rahasianya. Tetapi pada momen yang menentukan rejim-rejim yang tampak tak terkalahkan ini ternyata hanyalah raksasa dengan kaki dari tanah liat.
Jerman Timur
Dari semua rejim di Eropa Timur, Republik Demokratik Jerman (GDR) adalah salah satu yang paling maju industri dan teknologinya. Standar hidup disana tinggi, walaupun tidak setinggi Jerman Barat. Tidak ada pengangguran, dan semua orang memiliki akses ke perumahan murah, kesehatan gratis, dan pendidikan yang berstandar tinggi.
Akan tetapi kekuasaan dari negara satu-partai yang totaliter, dengan polisi rahasianya (atau yang dikenal dengan nama Stasi) yang ada dimana-mana dan mata-matanya, korupsi para pejabat, dan kekayaan para elit, adalah sumber ketidakpuasan. Sebelum dibangunnya Tembok Berlin pada tahun 1961, sekitar 2.5 juta penduduk Jerman Timur beremigrasi ke Jerman Barat, banyak yang melalui perbatasan antara Berlin Timur dan Barat. Untuk menghentikan ini, rejim Jerman Timur membangun Tembok Berlin.
Tembok ini dan pembatas-pembatas lainnya sepanjang 1380 kilometer perbatasan yang memisahkan Berlin Barat dan Timur berhasil memangkas emigrasi tersebut. Tindakan ini mungkin membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di GDR. Tetapi ini menyebabkan penderitaan dan kesukaran bagi keluarga-keluarga yang terpisahkan dan ini adalah sebuah hadiah propaganda untuk negara kapitalis Barat, yang memberikan satu lagi contoh “tirani Komunis”.
Pada akhir 1980an situasi di GDR penuh dengan gejolak. Kaum Stalinis tua Erich Honecker [Sekjen Partai Komunis Jerman Timur] menentang dengan keras segala bentuk reformasi. Rejim dia bahkan melarang peredaran publikasi-publikasi “subversif” dari Uni Soviet. Pada tanggal 6 dan 7 Oktober, Gorbachev mengunjungi Jerman Timur dalam rangka ulang tahun Republik Demokratik Jerman yang ke 40, dan dia memberikan tekanan kepada kepemimpinan Jerman Timur untuk melakukan reformasi. Dia dikutip mengatakan: “Wer zu spät kommt, den bestraft das Leben” (Dia yang terlalu telat akan dihukum oleh hidup).
Sementara itu rakyat Jerman Timur sudah menjadi lebih memberontak secara terbuka. Gerakan-gerakan oposisi mulai berjamuran. Ini termasuk Neues Forum (Forum Baru), Demokratischer Aufbruch (Kebangkitan Demokrasi), dan Demokratie Jetzt (Demokrasi Sekarang). Gerakan oposisi terbesar terbentuk melalui sebuah pelayanan gereja Protestan di Leipzig di gereja Nikolaikirche, bahasa Jerman untuk gereja Santo Nicholas, dimana setiap Senin setelah pelayanan penduduk berkumpul di luar menuntut perubahan di Jerman Timur. Akan tetapi, gerakan-gerakan ini tidak punya arah dan naif secara politik.
Sebuah gelombang demonstrasi massa sekarang menyapu seluruh kota-kota Jerman Timur, terutama sangat kuat di Leipzig. Ratusan ribu rakyat bergabung di demo-demo ini. Rejim ini memasuki krisis yang menyebabkan tersingkirnya pemimpin Stalinis garis-keras, Erick Honecker, dan mundurnya seluruh kabinet. Di bawah tekanan gerakan massa, pemimpin partai yang baru, Egon Krenz, menyerukan pemilu yang demokratis. Tetapi reformasi-reformasi yang diusulkan oleh rejim ini terlalu kecil dan terlalu terlambat.
Para pemimpin “komunis” ini mempertimbangkan untuk menggunakan kekerasan tetapi merubah pikiran mereka (dengan sedikit desakan dari Gorbachev). Situasi sekarang berputar di luar kendali. Hari-hari selanjutnya hampir seperti anarki: toko-toko buka sepanjang hari, paspor GDR menjadi tiket gratis untuk transportasi publik. Dalam kalimat seorang pengamat: “secara umum tidak ada peraturan pada saat itu”. Kekuasaan ada di jalanan, tetapi tidak ada yang memungutnya.
Dihadapi dengan pemberontakan massa, negara Jerman Timur yang tampak kuat ini runtuh begitu saja. Pada tanggal 9 November 1989, setelah beberapa minggu gejolak massa, pemerintahan Jerman Timur mengumumkan bahwa seluruh penduduk GDR dapat mengunjungi Jerman Barat dan Berlin Barat. Ini adalah sinyal untuk sebuah ledakan massa yang baru. Secara spontan, kerumunan rakyat Jerman Timur memanjati Tembok Berlin untuk menemui rakyat Jerman Barat di seberang.
Konter Revolusi
Tembok Berlin adalah sebuah simbol dan titik utama dari semua yang dibenci di rejim Jerman Timur. Pembongkaran Tembok ini dimulai cukup spontan. Selama beberapa minggu kemudian, beberapa bagian dari Tembok ini mulai dihancurkan. Kemudian mesin-mesin industri digunakan untuk merobohkan seluruh tembok yang tersisa. Ada atmosfer perayaan, sebuah perasaan sukacita, yang tampak lebih seperti sebuah karnival daripada sebuah revolusi. Tetapi ini benar untuk semua tahap awal dari setiap revolusi yang megah, seperti halnya revolusi 1789.
Pada bulan November 1989, penduduk GDR dipenuhi dengan perasaan emosional – sebuah perasaan pembebasan, dipenuhi dengan perasaan sukacita secara umum. Seperti seluruh bangsa mengalami kemabukan, dan oleh karena itu rentan terhadap saran-saran dan impuls-impuls spontan. Menumbangkan rejim yang lama ini ternyata lebih mudah daripada yang diperkirakan oleh semua orang. Tetapi, setelah menumbangkan rejim ini, apa yang akan menggantikannya. Rakyat yang telah menumbangkan rejim lama ini mengetahui dengan pasti apa yang tidak mereka inginkan, tetapi mereka tidak mengetahui dengan jelas apa yang mereka inginkan, dan tidak ada seorangpun yang menawarkan sebuah jalan keluar.
Semua kondisi objektif untuk sebuah revolusi politik sekarang tersedia. Mayoritas populasi tidak menginginkan restorasi kapitalisme. Mereka menginginkan sosialisme, tetapi dengan hak-hak demokrasi, tanpa Stasi, tanpa birokrat-birokrat yang korup, dan tanpa sebuah negara satu-partai yang diktatorial. Bila sebuah kepemimpinan Marxis yang sejati ada pada saat itu, sebuah revolusi politik sudah pasti akan terjadi dan demokrasi buruh akan terbentuk.
Akan tetapi, jatuhnya Tembok Berlin tidak menghasilkan sebuah revolusi politik tetapi konter-revolusi dalam bentuk unifikasi dengan Jerman Barat. Tuntutan ini (unifikasi dengan Jerman Barat) bukanlah tuntutan utama pada awal demonstrasi. Tetapi tanpa adanya sebuah program yang jelas, tuntutan ini dikedepankan dan perlahan-lahan menempati peran utama.
Kebanyakan pemimpin oposisi tidak memiliki program, kebijakan, atau perspektif yang jelas, selain sebuah harapan untuk demokrasi dan hak sipil. Seperti halnya alam, politik membenci vakum. Keberadaan sebuah negara kapitalis yang kuat dan kaya di seberang oleh karena itu memainkan sebuah peran yang menentukan untuk mengisi vakum ini.
Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl adalah seorang wakil imperialisme yang agresif. Dia menggunakan penyuapan yang paling tidak tahu malu untuk membujuk rakyat Jerman Timur untuk setuju dengan unifikasi segera, dengan menawarkan menukarkan mata uang Ostmark dengan Deutschmark dengan nilai tukar satu-untuk-satu. Tetapi yang Kohl tidak katakan kepada rakyat Jerman Timur adalah bahwa unifikasi tidak berarti mereka akan menikmati standar hidup Jerman Barat.
Pada bulan Juli 1990, halangan terakhir untuk unifikasi Jerman tersingkirkan ketika Gorbachev setuju untuk menjatuhkan keberatan Uni Soviet terhadap unifikasi Jerman di bawah NATO, sebagai imbalannya adalah bantuan ekonomi yang cukup bear dari Jerman kepada Uni Soviet. Unifikasi Jerman secara formal selesai pada tanggal 3 Oktober 1990.
Rakyat Tertipu
Rakyat Jerman Timur telah tertipu. Mereka tidak diberitahu bahwa introduksi ekonomi pasar akan berarti pengangguran besar-besaran, penutupan pabrik, dan penghancuran hampir seluruh basis industri di GDR, atau peningkatan harga barang, dan demoralisasi kaum muda, atau bahwa mereka akan dianggap sebagai penduduk kelas-dua di negara mereka sendiri. Mereka tidak diberitahukan hal-hal tersebut tetapi mereka telah mengetahuinya dari pengalaman pahit.
Reunifikasi Jerman menyebabkan anjloknya PDB per kapita Jerman Timur, 15.6% pada tahun 1990 dan 22.7% pada tahun 1991, total sepertiga penurunan PDB. Jutaan lapangan pekerjaan hilang. Banyak pabrik-pabrik Jerman Timur yang dibeli oleh kompetitor Barat dan ditutup. Dari tahun 1992, Jerman Timur mengalamai 4 tahun pemulihan ekonomi, tetapi ini diikuti dengan stagnasi.
Sebelum Perang Dunia Kedua, PDB per kapita Jerman bagian timur sedikit lebih tinggi dari rata-rata Jerman, dan Jerman bagian timur pada saat itu lebih kaya dari negara-negara Eropa Timur lainnya. Tetapi 20 tahun setelah unifikasi, standar hidup Jerman Timur masih tertinggal di belakang Jerman Barat. Tingkat pengangguran 2 kali lipat lebih tinggi daripada Jerman Barat, dan upah jauh lebih rendah.
Di GDR tidak ada pengganguran. Tetapi dari tahun 1989-1992 lapangan kerja menurun 3.3 juta. PDB Jerman Timur tidak pernah meningkat lebih dari tingkat PDB tahun 1989, dan lapangan kerja hanya sekitar 60% dari level 1989. Sekarang, tingkat pengangguran di Jerman secara keseluruhan adalah sekitar 8%, tetapi di Jerman Timur sebesar 12.3%. Akan tetapi, perkiraan tidak-resmi memberikan figur setinggi 20%, dan di antara kaum muda 50%.
Perempuan, yang telah mendapatkan persamaan yang tinggi di GDR, seperti di negara-negara Eropa Timur lainnya, sekarang paling menderita. Data dari Panel Sosio-Ekonomi Jerman untuk pertengahan tahun 1990an menemukan bahwa 15 persen perempuan Jerman Timur dan 10 persen laki-laki menggangur.
Pada bulan Juli 1990, “kanselir persatuan”, Helmut Kohl, menjanjikan: “Dengan usaha bersama kita akan segera merubah [daerah Jerman Timur] Mecklenburg-Vorpommern dan Saxony-Anhalt, Brandenburg, Saxony dan Thuringia menjadi daerah yang sejahtera.” 15 tahun kemudian, sebuah laporan dari BBC mengakui bahwa “statistik sangatlah suram.” Walaupun kapital sebesar 1.25 trillion Euro telah diinjeksi, tingkat pengganguran di Jerman Timur masih 18.5% pada tahun 2005 (sebelum resesi sekarang ini) dan di banyak daerah tingkat pengangguran lebih dari 25%.
Halle di Saxony-Anhalt, yang dulunya adalah sebuah pusat industri kimia yang penting dengan lebih dari 315.000 orang, telah kehilangan hampir 1/5 penduduknya. Sebelum Tembok Berlin jatuh pada tahun 1989, “segitiga kimia” Leuna-Halle-Bitterfield menyediakan 100 ribu pekerjaan – sekarang hanya 10,000 yang tertinggal. Gera dulu memiliki industri tekstil dan pertahanan yang besar, dan beberapa pertambangan uranium. Mereka telah hilang, dan hal-hal yang serupa terjadi di banyak industri-industri milik negara sejak 1989.
PBD per kapita Jerman Timur meningkat dari 49% PDB barat pada tahun 1991 hingga 66% pada tahun 1995, dan semenjak itu tidak ada peningkatan lagi. Ekonomi tumbuh sekitar 5,5% per tahun, tetapi ini tidak menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Sebagai akibatnya banyak penduduk yang meninggalkan Jerman Timur. Semenjak unifikasi sekitar 1,4 juta orang telah pindah ke Barat, kebanyakan dari mereka masih muda dan berpendidikan tinggi. Emigrasi dan penurunan tajam kesuburan telah menyebabkan jumlah populasi Timur menurun setiap tahun semenjak unifikasi.
Adalah sebuah ironi sejarah bahwa 20 tahun setelah unifikasi orang-orang meninggalkan Jerman Timur, bukan untuk lari dari Stasi, tetapi untuk lari dari tingkat pengganguran yang tinggi. Tentu saja beberapa orang hidupnya sangat baik. Laporan BBC mengatakan: “Rumah-rumah borjuasi yang megah, yang dulu dipenuhi lubang-lubang peluru dari Perang Dunia Kedua sampai tahun 1989, telah dikembalikan ke kemegahan mereka yang dulu.”
Marxisme Bangkit Kembali
Seperti banyak orang Jerman Timur lainnya, Ralf Wulff mengatakan bahwa dia gembira dengan jatuhnya Tembok Berlin dan gembira melihat kapitalisme menggantikan komunisme. Tetapi kesukacitaan ini tidak bertahan lama. “Hanya butuh beberapa minggu saja untuk melihat apa sesungguhnya ekonomi pasar bebas ini,” kata Wulff. “Ini adalah materialisme dan eksploitasi besar-besaran. Manusia kehilangan arah. Kita tidak memiliki kenyamanan materi tetapi komunisme memiliki banyak hal.” (Laporan Reuters)
Hans-Juergen Schneider, seorang insinyur berumur 49 telah menggangur semenjak Januari 2004. Dia telah mengirim 286 lamaran kerja semenjak itu, tanpa sukses. “Ekonomi pasar tidak dapat menyelesaikan masalah kami,” katanya, “bisnis besar hanya meraup untung tanpa mengambil tanggungjawab.” Dia tidak sendirian. Sebuah survey oleh Der Spiegel menyatakan bahwa 73% rakyat Jerman Timur percaya bahwa kritik Karl Marx terhadap kapitalisme masihlah valid.
Survey lainnya yang dipublikasikan pada bulan Oktober 2008 di majalah Super Illus menyatakan bahwa 52% orang di Jerman Timur menganggap ekonomi pasar “tidak berguna” dan “tidak dapat berfungsi”. 43% memilih sistem ekonomi sosialis, karena “sistem ini melindungi orang-orang kecil dari krisis finansial dan ketidakadilan lainnya”. 55% menolak bailout bank oleh negara.
Dari orang-orang muda (18 sampai 29 tahun), yang tidak pernah tinggal di GDR, atau hanya sebentar saja, 51% menginginkan sosialisme. Angka untuk orang berumur 30 sampai 49 tahun adalah 35%. Tetapi untuk mereka yang lebih dari 50 tahun adalah 46%. Penemuan ini dikonfirmasikan di wawancara-wawancara dengan puluhan rakyat Jerman Timur. “Kita membaca mengenai ‘horor kapitalisme’ di sekolah. Mereka benar. Karl Marx sungguh benar,” kata Thomas Pivitt, seorang pekerja IT berumur 46 dari Berlin Timur. Das Kapital laku terjual untuk penerbit Karl-Dietz-Verlag, terjual lebih dari 1.500 kopi pada tahun 2008, tiga kali lipat dari tahun 2007, dan 100 kali lipat semenjak 1990.
“Semua orang berpikir bahwa tidak akan ada lagi permintaan untuk Das Kapital,” kata direktur manajemen Joern Schuetrumpf kepada Reuters. “Bahkan para bankir dan manejer sekarang membaca Das Kapital untuk mencoba memahami apa yang terjadi. Marx sekarang popular,” katanya.
Krisis kapitalisme telah meyakinkan banyak rakyat Jerman, baik Timur maupun Barat, bahwa sistem ini telah gagal. “Saya dulu mengira komunisme adalah buruh, tetapi kapitalisme bahkan lebih parah,” kata Hermann Haibel, tukang besi berumur 76 yang sudah pensiun. “Pasar bebas sungguhlah brutal. Kaum kapitalis ingin memeras keuntungan lebih, lebih, dan lebih,” katanya. “Saya memiliki kehidupan yang baik sebelum Tembok runtuh,” dia menambahkan. “Tidak ada yang kawatir mengenai uang karena uang tidaklah penting. Kau memiliki pekerjaan bahkan jika kau tidak menginginkannya. Ide komunis tidaklah buruk.”
“Saya pikir kapitalisme bukanlah sistem yang tepat bagi kita,” kata Monika Weber, seorang pegawai kota berumur 46. “Distribusi kekayaan tidaklah adil. Kita melihat itu sekarang. Orang kecil seperti saya harus membayar mahal untuk kekacauan finansial ini dengan pajak yang lebih tinggi karena para bankir yang tamak.”
Yang lebih penting dari survey-survey ini adalah hasil pemilu Jerman baru-baru ini. Partai Kiri meraih kemajuan yang penting, mendapatkan hampir 30% suara di Timur. Di Timur sekarang tidak ada mayoritas untuk partai-partai borjuis. Apa yang jelas ditunjukkan disini adalah bahwa rakyat Jerman Timur tidak menginginkan kapitalisme, tetapi menginginkan sosialisme – bukan karikatur birokratik totaliter dari sosialisme yang mereka miliki sebelumnya, tetapi sebuah sosialisme demokratis yang sejati – sosialismenya Marx, Engels, Liebknecht, dan Luxemburg.
London, 19 Oktober, 2009
Diterjemahkan oleh Ted Sprague dari “The fall of the Berlin Wall: 20 years later”, Alan
Sumber:
Woods.http://www.militanindonesia.org/teori/sejarah/8023-tembok-berlin-20tahun.html
Runtuhnya Tembok berlin: 20 Tahun Kemudian
Ditulis oleh Alan Woods
Senin, 09 November 2009 03:47
Tahun 2009 adalah sebuah tahun yang dipenuhi dengan banyak hari peringatan, termasuk hari peringatan pembunuhan Luxemburg dan Liebknecht, dibentuknya Komunis Internasional, dan Komune Austria. Tidak satupun dari peringatan-peringatan ini yang menemukan gaungnya di pers kapitalis. Tetapi ada satu hari peringatan yang tidak pernah mereka lupakan: pada tanggal 9 November 1989, perbatasan yang memisahkan Jerman Barat dan Timur dibuka.
Runtuhnya Tembok Berlin di dalam sejarah telah menjadi sebuah sinonim untuk runtuhnya “komunisme”. Dalam 20 tahun semenjak peristiwa besar ini, kita telah menyaksikan sebuah ofensif ideologi yang luar biasa besar untuk melawan ide-ide Marxisme dalam skala dunia. Peristiwa ini dijunjung tinggi sebagai bukti matinya Komunisme, Sosialisme, dan Marxisme. Tidak lama yang lalu, ini bahkan dianggap sebagai akhir sejarah. Tetapi semenjak itu roda sejarah telah berputar berkali-kali.
Argumen bahwa sistem kapitalisme adalah satu-satunya alternatif untuk kemanusiaan telah terbukti hampa. Kebenaran yang ada sangatlah berbeda. Pada 20 tahun peringatan runtuhnya Stalinisme, kapitalisme mengalami krisis yang paling dalam semenjak Depresi Hebat. Jutaan rakyat dihadapi dengan masa depan yang dipenuhi dengan pengangguran, kemiskinan, pemotongan anggaran sosial, dan penghematan.
Selama periode ini kampanye anti-komunis ditingkatkan. Alasannya tidaklah sulit untuk dipahami. Krisis kapitalisme yang mendunia ini telah menyebabkan rakyat secara umum mempertanyakan “ekonomi pasar”. Ada kebangkitan rasa ketertarikan pada Marxisme, yang mengkuatirkan kaum borjuis. Kampanye fitnah yang baru ini adalah sebuah refleksi ketakutan mereka.
Karikatur Sosialisme
Yang gagal di Rusia dan Eropa Timur bukanlah komunisme atau sosialisme seperti yang dimengerti oleh Marx dan Lenin, tetapi sebuah karikatur birokratisme dan totalitarianisme. Lenin menjelaskan bahwa gerakan menuju sosialisme membutuhkan kontrol demokratis terhadap industri, masyarakat, dan negara oleh kaum proletar. Sosialisme yang sejati tidaklah kompatibel dengan kekuasaan elit birokrasi yang memiliki hak-hak istimewa, yang niscaya akan ditemani dengan korupsi yang besar, nepotisme, manajemen yang penuh pemborosan, dan kembalinya kapitalisme.
Pada tahun 1980an, Uni Soviet memiliki lebih banyak ilmuwan daripada jumlah seluruh ilmuwan di AS, Jepang, Inggris, dan Jerman; akan tetapi USSR tetap tidak dapat mencapai hasil yang sama seperti di Barat. Dalam aspek-aspek penting seperti produktivitas dan standar hidup, Uni Soviet tertinggal di belakang negara-negara Barat. Sebab utamanya adalah beban yang teramat besar terhadap ekonomi Soviet yang disebabkan oleh kaum birokrasi – jutaan birokrat yang tamak dan korup yang menjalankan Uni Soviet tanpa kontrol dari kelas pekerja.
Kekuasaan birokrasi yang mencekik ini akhirnya menyebabkan penurunan tajam tingkat pertumbuhan USSR. Sebagai akibatnya, Uni Soviet tertinggal di belakang negara-negara Barat. Biaya untuk mempertahankan pengeluaran militer yang tinggi dan biaya untuk mempertahankan kekuasaannya di Eropa Timur semakin menekan ekonomi Soviet. Munculnya seorang pemimpin Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, pada tahun 1985 menandai sebuah perubahan yang besar.
Gorbachev mewakili sayap birokrasi Soviet yang ingin mengadakan reformasi dari atas guna mempertahankan rejim tersebut secara keseluruhan. Akan tetapi, situasi di Uni Soviet menjadi lebih parah di bawah Gorbachev. Ini niscaya menyebabkan sebuah krisis, yang segera mempengaruhi Eropa Timur, dimana krisis Stalinisme diperparah oleh masalah kebangsaan.
Gejolak di Eropa Timur
Pada tahun 1989, dari satu ibukota ke ibukota yang lain, sebuah gelombang pemberontakan menyebar, menjatuhkan satu persatu rejim-rejim Stalinis. Di Rumania, Ceausescu [Sekjen Partai Komunis Polandia dan Presiden Polandia sampai tahun 1989 – Ed.] ditumbangkan oleh sebuah revolusi dan dieksekusi oleh skuad penembak mati. Satu faktor kunci dalam kesuksesan pemberontakan popular ini adalah krisis di Rusia. Di masa lalu, Moskow mengirim Tentara Merah untuk meremukkan pemberontakan-pemberontakan di Jerman Timur (1953), Hungaria (1956), dan Cekoslovakia (1968). Tetapi Gorbachev paham bahwa pilihan ini sudah tidak mungkin lagi.
Pemogokan-pemogokan massa di Polandia pada paruh pertama 1980an adalah sebuah ekspresi awal dari kebuntuan rejim tersebut. Bila gerakan yang besar ini dipimpin oleh kaum Marxis sejati, ini dapat mempersiapkan sebuah dasar untuk revolusi politik, bukan hanya di Polandia tetapi di seluruh Eropa Timur. Tetapi dengan absennya kepemimpinan seperti itu, maka gerakan ini dibajak oleh elemen-elemen konter-revolusioner seperti Lech Walesa.
Awalnya, kaum Stalinis Polandia mencoba untuk menghentikan gerakan ini dengan represi, tetapi pada akhirnya Solidaritas [Serikat Buruh Independen Polandia – Ed.] mendapatkan status legal dan diijinkan untuk berpartisipasi di pemilu tanggal 4 Juni 1989. Yang terjadi selanjutnya adalah sebuah gempa politik. Kandidat-kandidat Solidaritas memenangi semua kursi yang mereka ikuti. Ini memiliki sebuah pengaruh yang besar pada negara-negara tetangga.
Di Hungaria, Janos Kadar – untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi – telah disingkirkan dari posisi Sekjen Partai Komunis pada tahun 1988, dan rejim ini telah mengadopsi sebuah “paket demokrasi”, termasuk pengadaan pemilu. Cekoslovakia segera terpengaruh dan pada tanggal 20 November 1989 jumlah demonstran yang berkumpul di Prague meningkat dari 200 ribu ke 500 ribu. Sebuah mogok umum 2-jam diluncurkan pada tanggal 27 November.
Peristiwa-peristiwa dramatis ini menandai sebuah titik-tolak besar di dalam sejarah. Selama hampir setengah abad setelah Perang Dunia Kedua kaum Stalinis telah memerintah Eropa Timur dengan tangan besi. Rejim-rejim di Eropa Timur adalah negara-negara satu-partai yang kejam, yang didukung oleh aparatus represi yang kuat, dengan tentara, polisi, agen polisi rahasia, dan mata-mata di setiap blok perumahan, sekolah, universitas, dan pabrik. Tampaknya hampir tidak mungkin pemberontakan popular bisa menang melawan kekuasaan sebuah negara totaliter dan polisi-polisi rahasianya. Tetapi pada momen yang menentukan rejim-rejim yang tampak tak terkalahkan ini ternyata hanyalah raksasa dengan kaki dari tanah liat.
Jerman Timur
Dari semua rejim di Eropa Timur, Republik Demokratik Jerman (GDR) adalah salah satu yang paling maju industri dan teknologinya. Standar hidup disana tinggi, walaupun tidak setinggi Jerman Barat. Tidak ada pengangguran, dan semua orang memiliki akses ke perumahan murah, kesehatan gratis, dan pendidikan yang berstandar tinggi.
Akan tetapi kekuasaan dari negara satu-partai yang totaliter, dengan polisi rahasianya (atau yang dikenal dengan nama Stasi) yang ada dimana-mana dan mata-matanya, korupsi para pejabat, dan kekayaan para elit, adalah sumber ketidakpuasan. Sebelum dibangunnya Tembok Berlin pada tahun 1961, sekitar 2.5 juta penduduk Jerman Timur beremigrasi ke Jerman Barat, banyak yang melalui perbatasan antara Berlin Timur dan Barat. Untuk menghentikan ini, rejim Jerman Timur membangun Tembok Berlin.
Tembok ini dan pembatas-pembatas lainnya sepanjang 1380 kilometer perbatasan yang memisahkan Berlin Barat dan Timur berhasil memangkas emigrasi tersebut. Tindakan ini mungkin membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di GDR. Tetapi ini menyebabkan penderitaan dan kesukaran bagi keluarga-keluarga yang terpisahkan dan ini adalah sebuah hadiah propaganda untuk negara kapitalis Barat, yang memberikan satu lagi contoh “tirani Komunis”.
Pada akhir 1980an situasi di GDR penuh dengan gejolak. Kaum Stalinis tua Erich Honecker [Sekjen Partai Komunis Jerman Timur] menentang dengan keras segala bentuk reformasi. Rejim dia bahkan melarang peredaran publikasi-publikasi “subversif” dari Uni Soviet. Pada tanggal 6 dan 7 Oktober, Gorbachev mengunjungi Jerman Timur dalam rangka ulang tahun Republik Demokratik Jerman yang ke 40, dan dia memberikan tekanan kepada kepemimpinan Jerman Timur untuk melakukan reformasi. Dia dikutip mengatakan: “Wer zu spät kommt, den bestraft das Leben” (Dia yang terlalu telat akan dihukum oleh hidup).
Sementara itu rakyat Jerman Timur sudah menjadi lebih memberontak secara terbuka. Gerakan-gerakan oposisi mulai berjamuran. Ini termasuk Neues Forum (Forum Baru), Demokratischer Aufbruch (Kebangkitan Demokrasi), dan Demokratie Jetzt (Demokrasi Sekarang). Gerakan oposisi terbesar terbentuk melalui sebuah pelayanan gereja Protestan di Leipzig di gereja Nikolaikirche, bahasa Jerman untuk gereja Santo Nicholas, dimana setiap Senin setelah pelayanan penduduk berkumpul di luar menuntut perubahan di Jerman Timur. Akan tetapi, gerakan-gerakan ini tidak punya arah dan naif secara politik.
Sebuah gelombang demonstrasi massa sekarang menyapu seluruh kota-kota Jerman Timur, terutama sangat kuat di Leipzig. Ratusan ribu rakyat bergabung di demo-demo ini. Rejim ini memasuki krisis yang menyebabkan tersingkirnya pemimpin Stalinis garis-keras, Erick Honecker, dan mundurnya seluruh kabinet. Di bawah tekanan gerakan massa, pemimpin partai yang baru, Egon Krenz, menyerukan pemilu yang demokratis. Tetapi reformasi-reformasi yang diusulkan oleh rejim ini terlalu kecil dan terlalu terlambat.
Para pemimpin “komunis” ini mempertimbangkan untuk menggunakan kekerasan tetapi merubah pikiran mereka (dengan sedikit desakan dari Gorbachev). Situasi sekarang berputar di luar kendali. Hari-hari selanjutnya hampir seperti anarki: toko-toko buka sepanjang hari, paspor GDR menjadi tiket gratis untuk transportasi publik. Dalam kalimat seorang pengamat: “secara umum tidak ada peraturan pada saat itu”. Kekuasaan ada di jalanan, tetapi tidak ada yang memungutnya.
Dihadapi dengan pemberontakan massa, negara Jerman Timur yang tampak kuat ini runtuh begitu saja. Pada tanggal 9 November 1989, setelah beberapa minggu gejolak massa, pemerintahan Jerman Timur mengumumkan bahwa seluruh penduduk GDR dapat mengunjungi Jerman Barat dan Berlin Barat. Ini adalah sinyal untuk sebuah ledakan massa yang baru. Secara spontan, kerumunan rakyat Jerman Timur memanjati Tembok Berlin untuk menemui rakyat Jerman Barat di seberang.
Konter Revolusi
Tembok Berlin adalah sebuah simbol dan titik utama dari semua yang dibenci di rejim Jerman Timur. Pembongkaran Tembok ini dimulai cukup spontan. Selama beberapa minggu kemudian, beberapa bagian dari Tembok ini mulai dihancurkan. Kemudian mesin-mesin industri digunakan untuk merobohkan seluruh tembok yang tersisa. Ada atmosfer perayaan, sebuah perasaan sukacita, yang tampak lebih seperti sebuah karnival daripada sebuah revolusi. Tetapi ini benar untuk semua tahap awal dari setiap revolusi yang megah, seperti halnya revolusi 1789.
Pada bulan November 1989, penduduk GDR dipenuhi dengan perasaan emosional – sebuah perasaan pembebasan, dipenuhi dengan perasaan sukacita secara umum. Seperti seluruh bangsa mengalami kemabukan, dan oleh karena itu rentan terhadap saran-saran dan impuls-impuls spontan. Menumbangkan rejim yang lama ini ternyata lebih mudah daripada yang diperkirakan oleh semua orang. Tetapi, setelah menumbangkan rejim ini, apa yang akan menggantikannya. Rakyat yang telah menumbangkan rejim lama ini mengetahui dengan pasti apa yang tidak mereka inginkan, tetapi mereka tidak mengetahui dengan jelas apa yang mereka inginkan, dan tidak ada seorangpun yang menawarkan sebuah jalan keluar.
Semua kondisi objektif untuk sebuah revolusi politik sekarang tersedia. Mayoritas populasi tidak menginginkan restorasi kapitalisme. Mereka menginginkan sosialisme, tetapi dengan hak-hak demokrasi, tanpa Stasi, tanpa birokrat-birokrat yang korup, dan tanpa sebuah negara satu-partai yang diktatorial. Bila sebuah kepemimpinan Marxis yang sejati ada pada saat itu, sebuah revolusi politik sudah pasti akan terjadi dan demokrasi buruh akan terbentuk.
Akan tetapi, jatuhnya Tembok Berlin tidak menghasilkan sebuah revolusi politik tetapi konter-revolusi dalam bentuk unifikasi dengan Jerman Barat. Tuntutan ini (unifikasi dengan Jerman Barat) bukanlah tuntutan utama pada awal demonstrasi. Tetapi tanpa adanya sebuah program yang jelas, tuntutan ini dikedepankan dan perlahan-lahan menempati peran utama.
Kebanyakan pemimpin oposisi tidak memiliki program, kebijakan, atau perspektif yang jelas, selain sebuah harapan untuk demokrasi dan hak sipil. Seperti halnya alam, politik membenci vakum. Keberadaan sebuah negara kapitalis yang kuat dan kaya di seberang oleh karena itu memainkan sebuah peran yang menentukan untuk mengisi vakum ini.
Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl adalah seorang wakil imperialisme yang agresif. Dia menggunakan penyuapan yang paling tidak tahu malu untuk membujuk rakyat Jerman Timur untuk setuju dengan unifikasi segera, dengan menawarkan menukarkan mata uang Ostmark dengan Deutschmark dengan nilai tukar satu-untuk-satu. Tetapi yang Kohl tidak katakan kepada rakyat Jerman Timur adalah bahwa unifikasi tidak berarti mereka akan menikmati standar hidup Jerman Barat.
Pada bulan Juli 1990, halangan terakhir untuk unifikasi Jerman tersingkirkan ketika Gorbachev setuju untuk menjatuhkan keberatan Uni Soviet terhadap unifikasi Jerman di bawah NATO, sebagai imbalannya adalah bantuan ekonomi yang cukup bear dari Jerman kepada Uni Soviet. Unifikasi Jerman secara formal selesai pada tanggal 3 Oktober 1990.
Rakyat Tertipu
Rakyat Jerman Timur telah tertipu. Mereka tidak diberitahu bahwa introduksi ekonomi pasar akan berarti pengangguran besar-besaran, penutupan pabrik, dan penghancuran hampir seluruh basis industri di GDR, atau peningkatan harga barang, dan demoralisasi kaum muda, atau bahwa mereka akan dianggap sebagai penduduk kelas-dua di negara mereka sendiri. Mereka tidak diberitahukan hal-hal tersebut tetapi mereka telah mengetahuinya dari pengalaman pahit.
Reunifikasi Jerman menyebabkan anjloknya PDB per kapita Jerman Timur, 15.6% pada tahun 1990 dan 22.7% pada tahun 1991, total sepertiga penurunan PDB. Jutaan lapangan pekerjaan hilang. Banyak pabrik-pabrik Jerman Timur yang dibeli oleh kompetitor Barat dan ditutup. Dari tahun 1992, Jerman Timur mengalamai 4 tahun pemulihan ekonomi, tetapi ini diikuti dengan stagnasi.
Sebelum Perang Dunia Kedua, PDB per kapita Jerman bagian timur sedikit lebih tinggi dari rata-rata Jerman, dan Jerman bagian timur pada saat itu lebih kaya dari negara-negara Eropa Timur lainnya. Tetapi 20 tahun setelah unifikasi, standar hidup Jerman Timur masih tertinggal di belakang Jerman Barat. Tingkat pengangguran 2 kali lipat lebih tinggi daripada Jerman Barat, dan upah jauh lebih rendah.
Di GDR tidak ada pengganguran. Tetapi dari tahun 1989-1992 lapangan kerja menurun 3.3 juta. PDB Jerman Timur tidak pernah meningkat lebih dari tingkat PDB tahun 1989, dan lapangan kerja hanya sekitar 60% dari level 1989. Sekarang, tingkat pengangguran di Jerman secara keseluruhan adalah sekitar 8%, tetapi di Jerman Timur sebesar 12.3%. Akan tetapi, perkiraan tidak-resmi memberikan figur setinggi 20%, dan di antara kaum muda 50%.
Perempuan, yang telah mendapatkan persamaan yang tinggi di GDR, seperti di negara-negara Eropa Timur lainnya, sekarang paling menderita. Data dari Panel Sosio-Ekonomi Jerman untuk pertengahan tahun 1990an menemukan bahwa 15 persen perempuan Jerman Timur dan 10 persen laki-laki menggangur.
Pada bulan Juli 1990, “kanselir persatuan”, Helmut Kohl, menjanjikan: “Dengan usaha bersama kita akan segera merubah [daerah Jerman Timur] Mecklenburg-Vorpommern dan Saxony-Anhalt, Brandenburg, Saxony dan Thuringia menjadi daerah yang sejahtera.” 15 tahun kemudian, sebuah laporan dari BBC mengakui bahwa “statistik sangatlah suram.” Walaupun kapital sebesar 1.25 trillion Euro telah diinjeksi, tingkat pengganguran di Jerman Timur masih 18.5% pada tahun 2005 (sebelum resesi sekarang ini) dan di banyak daerah tingkat pengangguran lebih dari 25%.
Halle di Saxony-Anhalt, yang dulunya adalah sebuah pusat industri kimia yang penting dengan lebih dari 315.000 orang, telah kehilangan hampir 1/5 penduduknya. Sebelum Tembok Berlin jatuh pada tahun 1989, “segitiga kimia” Leuna-Halle-Bitterfield menyediakan 100 ribu pekerjaan – sekarang hanya 10,000 yang tertinggal. Gera dulu memiliki industri tekstil dan pertahanan yang besar, dan beberapa pertambangan uranium. Mereka telah hilang, dan hal-hal yang serupa terjadi di banyak industri-industri milik negara sejak 1989.
PBD per kapita Jerman Timur meningkat dari 49% PDB barat pada tahun 1991 hingga 66% pada tahun 1995, dan semenjak itu tidak ada peningkatan lagi. Ekonomi tumbuh sekitar 5,5% per tahun, tetapi ini tidak menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Sebagai akibatnya banyak penduduk yang meninggalkan Jerman Timur. Semenjak unifikasi sekitar 1,4 juta orang telah pindah ke Barat, kebanyakan dari mereka masih muda dan berpendidikan tinggi. Emigrasi dan penurunan tajam kesuburan telah menyebabkan jumlah populasi Timur menurun setiap tahun semenjak unifikasi.
Adalah sebuah ironi sejarah bahwa 20 tahun setelah unifikasi orang-orang meninggalkan Jerman Timur, bukan untuk lari dari Stasi, tetapi untuk lari dari tingkat pengganguran yang tinggi. Tentu saja beberapa orang hidupnya sangat baik. Laporan BBC mengatakan: “Rumah-rumah borjuasi yang megah, yang dulu dipenuhi lubang-lubang peluru dari Perang Dunia Kedua sampai tahun 1989, telah dikembalikan ke kemegahan mereka yang dulu.”
Marxisme Bangkit Kembali
Seperti banyak orang Jerman Timur lainnya, Ralf Wulff mengatakan bahwa dia gembira dengan jatuhnya Tembok Berlin dan gembira melihat kapitalisme menggantikan komunisme. Tetapi kesukacitaan ini tidak bertahan lama. “Hanya butuh beberapa minggu saja untuk melihat apa sesungguhnya ekonomi pasar bebas ini,” kata Wulff. “Ini adalah materialisme dan eksploitasi besar-besaran. Manusia kehilangan arah. Kita tidak memiliki kenyamanan materi tetapi komunisme memiliki banyak hal.” (Laporan Reuters)
Hans-Juergen Schneider, seorang insinyur berumur 49 telah menggangur semenjak Januari 2004. Dia telah mengirim 286 lamaran kerja semenjak itu, tanpa sukses. “Ekonomi pasar tidak dapat menyelesaikan masalah kami,” katanya, “bisnis besar hanya meraup untung tanpa mengambil tanggungjawab.” Dia tidak sendirian. Sebuah survey oleh Der Spiegel menyatakan bahwa 73% rakyat Jerman Timur percaya bahwa kritik Karl Marx terhadap kapitalisme masihlah valid.
Survey lainnya yang dipublikasikan pada bulan Oktober 2008 di majalah Super Illus menyatakan bahwa 52% orang di Jerman Timur menganggap ekonomi pasar “tidak berguna” dan “tidak dapat berfungsi”. 43% memilih sistem ekonomi sosialis, karena “sistem ini melindungi orang-orang kecil dari krisis finansial dan ketidakadilan lainnya”. 55% menolak bailout bank oleh negara.
Dari orang-orang muda (18 sampai 29 tahun), yang tidak pernah tinggal di GDR, atau hanya sebentar saja, 51% menginginkan sosialisme. Angka untuk orang berumur 30 sampai 49 tahun adalah 35%. Tetapi untuk mereka yang lebih dari 50 tahun adalah 46%. Penemuan ini dikonfirmasikan di wawancara-wawancara dengan puluhan rakyat Jerman Timur. “Kita membaca mengenai ‘horor kapitalisme’ di sekolah. Mereka benar. Karl Marx sungguh benar,” kata Thomas Pivitt, seorang pekerja IT berumur 46 dari Berlin Timur. Das Kapital laku terjual untuk penerbit Karl-Dietz-Verlag, terjual lebih dari 1.500 kopi pada tahun 2008, tiga kali lipat dari tahun 2007, dan 100 kali lipat semenjak 1990.
“Semua orang berpikir bahwa tidak akan ada lagi permintaan untuk Das Kapital,” kata direktur manajemen Joern Schuetrumpf kepada Reuters. “Bahkan para bankir dan manejer sekarang membaca Das Kapital untuk mencoba memahami apa yang terjadi. Marx sekarang popular,” katanya.
Krisis kapitalisme telah meyakinkan banyak rakyat Jerman, baik Timur maupun Barat, bahwa sistem ini telah gagal. “Saya dulu mengira komunisme adalah buruh, tetapi kapitalisme bahkan lebih parah,” kata Hermann Haibel, tukang besi berumur 76 yang sudah pensiun. “Pasar bebas sungguhlah brutal. Kaum kapitalis ingin memeras keuntungan lebih, lebih, dan lebih,” katanya. “Saya memiliki kehidupan yang baik sebelum Tembok runtuh,” dia menambahkan. “Tidak ada yang kawatir mengenai uang karena uang tidaklah penting. Kau memiliki pekerjaan bahkan jika kau tidak menginginkannya. Ide komunis tidaklah buruk.”
“Saya pikir kapitalisme bukanlah sistem yang tepat bagi kita,” kata Monika Weber, seorang pegawai kota berumur 46. “Distribusi kekayaan tidaklah adil. Kita melihat itu sekarang. Orang kecil seperti saya harus membayar mahal untuk kekacauan finansial ini dengan pajak yang lebih tinggi karena para bankir yang tamak.”
Yang lebih penting dari survey-survey ini adalah hasil pemilu Jerman baru-baru ini. Partai Kiri meraih kemajuan yang penting, mendapatkan hampir 30% suara di Timur. Di Timur sekarang tidak ada mayoritas untuk partai-partai borjuis. Apa yang jelas ditunjukkan disini adalah bahwa rakyat Jerman Timur tidak menginginkan kapitalisme, tetapi menginginkan sosialisme – bukan karikatur birokratik totaliter dari sosialisme yang mereka miliki sebelumnya, tetapi sebuah sosialisme demokratis yang sejati – sosialismenya Marx, Engels, Liebknecht, dan Luxemburg.
London, 19 Oktober, 2009
Diterjemahkan oleh Ted Sprague dari “The fall of the Berlin Wall: 20 years later”, Alan Woods.
Sabtu, 14 November 2009
Steve Taylor Batal Hengkang? | |
Kamis, 12 November 2009 12.50 WIB | |
foto:rockthisway.de (Vibizlife – Music News) Vokalis Aerosmith, Steven Taylor membantah dirinya telah meninggalkan grup band tersebut. Beberapa waktu lalu gitaris Aerosmith, Joe Perry mengeluarkan pernyataan bahwa Steven Tyler hengkang sebagai vokalis. Kurangnya komunikasi antara Steven dan personel lainnya jadi salah satu penyebab. Berita tersebut heboh berat. Namun Steven tak jua mau bicara. Hingga akhirnya Steven terlihat membantu pentas Joe di Filmore, New York, 10 November waktu setempat. Dalam kesempatan tersebut ayah model Liv Tyler itu angkat bicara. Ia membantah dirinya meninggalkan Aerosmith yang telah eksis selama 40 tahun itu. "Saya hanya mau New York tahu, saya tidak meninggalkan Aerosmith," teriak Steven di atas pentas dikutip dari NME. Bagi Steven, Aerosmith adalah keluarga. Ia mengaku tak akan meninggalkan Aerosmith terutama Joe yang telah lama menjadi rekan kerjanya tersebut. "Joe Perry, kamu adalah pria dengan banyak warna, tapi saya adalah pelangi!," teriaknya lagi. Sumber; www.vibizlife.com/music_news_details.php?id Sulit dipercaya kalo steven tylor hengkang dari aerosmith, jujur saya tahu kabar yang aneh tersebut pertama kali dari wall teman saya, awalnya saya tidakpercaya, namun setelah saya googling beberapa sites ubtuk mengkonfirmasi kabar tersebut, ternyata memeng benar Stven Tylor sang vokaclis Aerosmith telah hengkang dari BAnd yang telah membesarkan para personilnya termasuk Steven Tylor |
Jumat, 13 November 2009
Homogenic, Reformed
Tuesday, October 20, 2009 at 4:45pm
Hello Friends...
from Homogenic due to dissimilarity of Risa's and Homogenic's future plans. We agreed that this
will be the best option for both of us.
We aware that the resignment of Risa, will be a big change for Homogenic and Fans, but We hope
everything will be okay, looking, listening, praying that things are changing for the better.
At this time, We're still currently working hard to make sure that everything's going well; our
upcoming third album, the new formation, and Homogenic's future.
One thing we dare to assure you, that our upcoming third album, will be one of the most
inspiring work for Homogenic, Risa, and our beloved friends who appreciate our previous works.
Thank you very much for your concern, we love you all!
Best Regards,
Dina Dellyana, Grahadea Kusuf, and Homogenic Management.
--------------------------
Hello Teman-teman Homogenic,
Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa Risa Saraswati, vokalis Homogenic, telah memutuskan
untuk berpisah dengan Homogenic dikarenakan perbedaan rencana masa depan antara Risa dan Homogenic.
Kami telah bersepakat bahwa perpisahan ini adalah keputusan terbaik bagi kami semua.
Kami sadar bahwa perpisahan Homogenic dengan Risa, akan memberi perubahan besar bagi Homogenic dan Fans, namun kami terus berharap dan berdoa bahwa semua akan berubah menuju sesuatu yang lebih baik lagi.
Saat ini, kami sedang berusaha keras untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik; Album
ketiga kami, formasi baru Homogenic, dan masa depan Homogenic.
Satu hal yang dapat kami pastikan, bahwa album ketiga yang akan datang, akan menjadi salah satu karya kami yang paling menginspirasi Homogenic, Risa, dan teman-teman yang menyukai karya kami sebelumnya.
Terima kasih banyak atas perhatiannya,We love you all!
Best Regards,
Dina Dellyana, Grahadea Kusuf, and Homogenic Management.
/homogenic-reformed/153822678505
Rabu, 04 November 2009
Sade at work on first album in nine years
By Monica Herrera and David J. Prince
NEW YORK (Billboard) - Sade Adu, the reclusive "quiet storm" soul signer who takes notoriously long breaks between releases, has regrouped with the band that bears her name and is recording her first album of new material since 2000's "Lovers Rock," Billboard.com sources confirmed.
The group is in the studio through June. Sony has not set a release date but hopes to put the record out by the end of 2009.
"She is in the studio and the album will come when it is ready," a source at Sony told Billboard. "You don't wait for years for one and then rush it."
Sade's longtime bandmate Stuart Matthewman, a.k.a. Cottonbelly, also confirmed that new material is in the works, but he said the project is still in its "early days" and won't be close to finished until "later in the year."
Last week, rumors of a new Sade album surfaced when the official-looking website sade2009.com went live with a message claiming a release date of November 24 for a new album. The source at Sade's label denied any connection to that site. "We do not know where that fan site could have got that release date from, but it is 100 percent not true."
Billboard contacted the site's owner, who insisted that the release date was "official." Since his response, however, the site's posting has been updated with a correction: "The date above has been changed, a representative from Sony confirmed the new date to be unknown. Please check back for the update on Sade's album release."
No details about Sade's new music have yet been revealed, but one artist may already have heard snippets: Maxwell, a fellow Sony recording artist and longtime friend and collaborator with Matthewman, who will soon release a new record of his own after a multiyear hiatus. The R&B singer sent a message to fans in March via his private Facebook page in which he indicated that he'd heard some of his labelmate's new recordings. "Trust me, it's so monolithic it'll shake you in your shoes!" he wrote.
Sade's 2000 release, "Lovers Rock," sold 3.9 million copies in the U.S., and her previous album, 1992's "Love Deluxe," sold 3.4 million. Since her 1985 debut, "Diamond Life," Sade has sold nearly 17 million units in the U.S. alone, according to Nielsen SoundScan.
(Editing by Sheri Linden at Reuters)
http://www.reuters.com/article/entertainmentNews/idUSTRE55105420090602
Sade adalah salah satu musisi wanita yang sangat saya kagumi, setiap lirik lagu-lagu sade merupakan gambaran dari suatu realita hidup yang biasanya dipandang sebelah mata, contohnya pearl yang menggambarkan ke dalam makna hidup dimana seorang wanita harus berjuang untuk menentukan hidup yang jauh lebih baik, intinya bukan sekedar cinta belaka, artinya dalam setiap realita dapat ditangkap setiap cuplikan hidup yang digambarkan ulang melalui lirik dan notasi nada.
Kamis, 29 Oktober 2009
Saya sudah bosan dengan FB
saya sudah mulai jenuh dengan apa yang namanya Facebook, kemungkinan terdekat saya akan akan negasikan sementara, atau kemungkinan terjauh saya akan negasikan Facebook ini sampai terhapus server, kepada teman-temanku nanti saya akan private message perihal tersebut, atau saya akan alihkan kepada teman terdekat saya, Terima Kasih atas atensi teman-teman yang ada di dunia maya, terima kasih atas relasi yang maya ini, terima kasih karena telah memberikan kesempatan saya untuk menjadi teman kalian.
Terima Kasih
Kamis, 22 Oktober 2009
PUDAR
UNTUKMU YANG MENILIKKU SAMPAI KE DALAM TULANG SUSUMKU, YA DAN AMIN
UNTUK MENGENANG KEBERADAAN Rani anandita salah satu perempuan imaginer yang selalu memberikan bunga-bunga poppy dan menemaniku hingga drop tubuhku
Rabu, 21 Oktober 2009
Cermin Riak Hujan
SIDE OF SIDE
HOMOGENIC 3rd
Unfolding Sympahty
Please show me how
Turn it back to ordinary
Just me killing all my sanctuary
Please lead me how
Giving courage to be haunted
Just me running from my deepest meanness
Why does it hard to explain
Why does it hard to let go
Rain comes falling
Cold surrounding my head
Can`t stop thinking
Fears emerging
Love still bleeding my mind
Can`t stop hiding
Why does it hard to explain
Feel like I`m ignoring the reason
Why I`m standing here to breath the air
Why does it hard to let go
Let my ears still learning to listen
How my heart try to escape from tears
Lirik di atas adalah salah satu dari lagu Homogenic yang membuat saya dan jiwa saya terbang lepas dari keberadan saya, dan ini untuk mengenang bahwa Homogenic pernah mempunyai Vokalis yang bernama Rissa Saraswati, yang sangat SoulFull, dan memberikan sinergi yang harmonis melalui setiap lagu-lagu homogenic.
Selasa, 06 Oktober 2009
Homogenic 2nd
- Seringan Awan
- Happy whitout you Live from JEUNE #26 Dream Issue Release Party, Enjoy Your Lucid Dream
- Destiny love again Live@coup de neuf
- Radio Live@coup de neuf
- Homogenic Live In Singapore 160509(YOUTUBE)
Kabar terakhir yang saya dapatkan melalui Facebook bahwa Rissa Sarawati Sang Vocalis akan mengundurkan diri, melalui Wall Facebook, Rissa mengatakan akan mengundurkan diri dan mengatakan "Saya percaya akan ada selalu panggung untuk saya...", nah itu membuat saya shock dan kaget sekali, sempat termenung dan tidak percaya, seandainya benar saya hanya berharap dapat memiliki Album ke tiga mereka untuk mengenang bahwa ada Band indie yang terbaik yang pernah ada dan memberikan inspirasi kepada pendengarnya, bagi saya walaupun tidak mengenal Homogenic secara pribadi(Karena saya orang Jakarta dan tidak pernah Ke Bandung jadi agak kuper), tapi hanya mengenal Homogenic melalui karya-karya mereka dan Saya sangat puas dan terhadap seluruh lagu-lagu mereka, Kalau saya mendengarkan lagu-lagu mereka saya dapat menikmati dan merasakan daun-daun berguguran dan itu menandakan kalau saya sangat puas menikmati karya mereka dan saya sangat berterima kasih karena saya pernah mendengar sebuah karya dari HOMOGENIC
Senin, 05 Oktober 2009
Saat penantian akankah nyata
Selasa, 02 Juni 2009
Kisah pertobatan mantan bintang film porno Shelley Lubben
Kisah pertobatan mantan bintang filmporno Shelley LubbenDibawah ini adalah surat dari ex-pornstar *Shelley Luben* yg akhirnya bisa keluar dari dunia gelap *Porn Industry* dan sekarang menjadi aktivis yg berjuang melawan ekploitasi sexual terhadap gadis-gadis muda Amerika dalam film porno.
Gadis cantik, tubuh sexy, *naked* dan mata yg membangkitkan gairah seakan-akan berkata *" I Want You" *Itu yg biasa kamu lihat di cover film porno, bisa jadi itulah tipuan terbesar sepanjang masa. Percayalah, Aku tahu. Aku dulu pernah melakukannya sepanjang waktu dan aku melakukannnya karena *nafsuku* akan kekuasaan dan kecintaanku kepada *UANG*.
Aku tidak pernah menyukai sex. Bahkan Aku tidak menginginkannya dan faktanya aku lebih banyak minum *Jack Daniels*daripada bersama para pria yg dibayar seperti aku untuk "berpura-pura" di film. Ya Benar tidak ada diantara kami – gadis-gadis blonde yg menyukai *being in porn movie*. Kami benci disentuh oleh orang asing yg sama sekali tidak peduli dengan kami. Kami benci dianggap rendah oleh mereka, laki-laki dengan keringat dan bau busuknya.
Beberapa diantara kami sering sampai muntah di kamar mandi saat break syuting. Sedangkan yg lainnya berusaha menenangkan diri dengan merokok Marlboro tanpa henti. Tapi *Porn Industry* ingin agar] *KAMU* selalu berpikir kalau kami artis porno sangat menyukai sex. Mereka ingin kamu percaya bahwa kami senang dilecehkan seperti binatang dalam berbagai jenis adegan di film. Kenyataannya, artis porno sering tidak tahu apa saja adegan yg akan mereka lakukan saat pertama kali datang ke lokasi syuting dan kami hanya diberi dua pilihan oleh produser : "Lakukan atau Pulang Tanpa Bayaran.
Kerja atau tidak akan bisa kerja lagi. " ya memang benar kami punya pilihan. Beberapa diantara kami memang sangat memerlukan uang. Tapi kami dimanipulasi, dipaksa bahkan diancam. Beberapa diantara kami terjangkit AIDS karena profesi ini. Atau tertular herpes dan berbagai macam penyakit kelamin lain yg sukar disembuhkan. Salah seorang artis film porno setelah syuting dgn menahan sakit sepanjang hari setelah sampai dirumah menembak kepalanya dengan pistol.
Kebanyakan dari artis porno mungkin berasal dari keluarga yg berantakan dan pernah mengalami pelecehan seksual dan perkosaan dari keluarga atautetangganya sendiri. Saat kami kecil kami hanya ingin bermain dengan boneka, bukan mendapatkan trauma saat seorang laki-laki dewasa berada diatas tubuh kami. Jadi sejak kecil kami belajar bahwa sex bisa membuat kami berharga. Dan dengan semua pengalaman mengerikan itu kami menipu kalian di depan kamera padahal sebenarnya kami membenci di setiap menitnya. Karena trauma itu kebanyakan artis porno hidupnya tergantung kepada alkohol dan narkotika. Dan hidup kami juga selalu diliputi ketakutan akan terjangkit HIV atau penyakit kelamin lainnya. *Herpes, gonorrhea, syphilis, chlamydia, dll* setiap hari menghantui kami. Memang setiap bulan kami diperiksa tapi kamu tahu kalo hal tersebut tidak akan bisa mencegah kami tertular penyakit-penyakit mematikan itu. Selain penyakit, adegan syuting tdk kalah mengerikannya, banyak dari kami mengalami luka sobek atau luka pada organ tubuh bagian dalam kami. Diluar syuting kami sering berharap bisa menjalani hidup yg normal. Tapi sangat sulit menjalin hubungan yg normal dengan laki-laki *biasa*, maka dari itu kebanyakan dari kami menikah dengan sutradara film porno atau menjalani hidup sebagai lesbian. Buat aku momen yg gk akan terlupakan adalah ketika tanpa sengaja anak perempuanku melihat ibunya yg telanjang sedang berciuman dengan gadis lain. Anakku pasti akan terus mengingatnya juga. Pada hari yg lain kami bisa berubah seperti zombie dengan botol bir di tangan kanan dan gelas wisky di tangan kiri. Kami tdk suka bersih-bersih jadi sering kali kami harus menyewa pembantu untuk membersihkan kotoran kami. Selain itu artis porno benci memasak sendiri. Biasanya kami memesan makanan yg kemudian kami muntahkan lagi karena kebanyakan dari kami menderita *bulimia*. Bagi artis porno yg memiliki anak, kami adalah ibu yg paling BURUK. Kami menjerit dan bahkan memukul anak kami tanpa alasan. Seringkali saat kami begitu mabuknya sampai-sampai anak kami yg berumur 4 tahun yg menyeret kami dari lantai. Dan ketika ada tamu (kebanyakan karena alasan sex) kami harus mengunci anak kami terlebih dulu dikamar dan menyuruh mereka untuk diam. Kalau aku biasa membekali anak gadisku dengan *pager* dan kusuruh dia menungguku di taman sampai aku selesai dengan tamuku. Kebenarannya ada di luar sana…. *Tidak Ada Fantasi di Porn Industry. * *Semua Tipuan...* Kalo kamu bisa melihat lebih dalam kehidupan artis film porno mungkin kamu akan kehilangan minat menonton film porno. Kenyataan sebenarnya kami artis film porno ingin mengakhiri semua rasa malu ini dan semua trauma dalam hidup kami. Tapi sayangnya kami tidak bisa melakukannya sendiri. Kami berharap kalian kaum pria membantu kami, memperjuangkan kebebasan dan kehormatan kami. Kami ingin kalian memeluk kami saat kami menghapus air mata dan menyembuhkan luka di hati kami. Kami berharap kalian mau berdoa untuk kami dan semoga Tuhan akan mendengar dan mengampuni semua kesalahan kami di masa lalu. Porn Movie tidak lebih dari Sex Palsu dan Tipuan Kamera. *Percayalah…….! ** ( Dedicated to all the porn actresse s who caught HIV, died from drug overdose and committed suicide. ) sumber : http://www.blazinggrace.org/cms/bg/t...indfantasyporn* http://www.shelleylubben.com http://www.matabumi.com/features/kisah-pertobatan-mantan-bintang-film-porno-shelley-lubben | ||
Rabu, 13 Mei 2009
MEMPERTAHANKAN REVOLUSI RUSIA
Sebuah pidato yang diantarkan di Kopenhagen, Denmark pada bulan November 1932
Pertama kalinya saya berada di Kopenhagen adalah pada saat Kongres Internasional Sosialis dan saya membawa sebuah kenangan yang terbaik dari kota anda. Tetapi itu adalah seperempat abad yang lalu. Semenjak itu, air di Ore-Sund and di Fjords sudah berubah berulang kali. Dan bukan hanya air saja yang sudah berubah. Perang sudah mematahkan tulang punggung benua Eropa lama. Sungai-sungai dan laut-laut Eropa sudah mencuci banyak darah. Umat manusia dan terutama orang-orang Eropa sudah melalui rintangan-rintangan yang berat, sudah menjadi lebih suram dan brutal. Setiap konflik sudah menjadi lebih pahit. Dunia ini sudah memasuki periode perubahan yang besar. Ekspresi ekstrim dari periode ini adalah perang dan revolusi.
Sebelum saya beralih ke tema ceramah saya, yaitu Revolusi, saya harus mengekspresikan rasa terima kasih saya kepada panitia organisator pertemuan ini, yaitu organisasi mahasiswa sosial-demokratik. Saya melakukan ini sebagai oposisi politik. Adalah benar bahwa ceramah saya mengikuti garis sejarah ilmiah dan bukan garis politik. Dari permulaan, saya ingin menekankan hal ini. Akan tetapi tidaklah mungkin untuk berbicara mengenai Revolusi, dari mana Republik Soviet lahir, tanpa mengambil posisi politik. Sebagai pembicara, saya berdiri di bendera yang sama seperti pada saat saya terlibat di dalam Revolusi Rusia.
Hingga terjadi perang, Partai Bolshevik adalah anggota Sosial-Demokratik Internasional. Pada tanggal 4 Agustus 1914, persetujuan kaum sosial demokrasi Jerman terhadap tanggungan hutang perang telah mengakhiri hubungan ini untuk selama-lamanya, dan membuka periode perjuangan tanpa jeda dan tak dapat didamaikan kembali dari Bolshevisme melawan sosial-demokrasi. Apa ini berarti bahwa penyelenggara pertemuan ini melakukan kesalahan dengan mengundang saya bicara? Untuk hal ini, hadirin dapat menilainya hanya setelah ceramah saya usai. Untuk membenarkan kesediaan saya menerima undangan mempresentasikan laporan atas Revolusi Rusia, ijinkan saya menandaskan diri pada kenyataan bahwa selama tiga puluh lima tahun kehidupan politik saya, masalah mengenai Revolusi Rusia telah menjadi poros teoritis dan praktis bagi pemikiran serta tindakan-tindakan saya. 4 tahun di Turki, saya mengabdikan waktu tersebut untuk memberikan penjelasan sejarah terhadap problem-problem Revolusi Rusia. Mungkin, fakta ini memberikan saya sebuah hak tertentu untuk berharap bahwa saya akan berhasil setidaknya menolong bukan hanya kawan dan simpatisan, tetapi juga musuh-musuh saya, untuk lebih mengerti aspek-aspek Revolusi Rusia yang sebelumnya tidak diperhatikan oleh mereka. Dalam setiap kesempatan, tujuan ceramah saya adalah untuk membantu orang memahami (Revolusi Rusia). Saya tidak bermaksud mengadakan propaganda bagi Revolusi, tidak juga berusaha menghimbau anda untuk bergabung dengan Revolusi. Saya bermaksud menjelaskan tentang Revolusi.
Mari kita mulai dengan beberapa prinsip dasar sosiologi yang anda semua kenal, tetapi kita harus menyegarkan memori kita dalam melakukan pendekatan fenomena serumit Revolusi.
Konsepsi Materialis Mengenai Sejarah
Masyarakat manusia adalah sebuah kolaborasi yang bermula secara historis dalam perjuangan untuk eksistensi serta penjaminan berlangsungnya generasi. Karakter sebuah masyarakat ditentukan oleh karakter ekonominya. Karakter ekonominya tersebut ditentukan oleh penggunaan buruh produktif oleh masyarakat itu.
Bagi setiap era besar dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, terdapat suatu korespondensi definitif dari rezim sosial. Setiap rezim sosial hingga sekarang telah mendatangkan keuntungan luar biasa bagi kelas penguasa.
Dengan alasan itu, jelas bahwa rezim-rezim sosial tidak abadi. Mereka muncul secara historis, dan lalu menjadi kekangan atas kemajuan lebih lanjut. "Semua yang muncul patut dihancurkan."
Tetapi tak ada kelas penguasa yang secara sukarela dan damai mau begitu saja turun dari tahtanya. Dalam masalah-masalah mengenai kehidupan dan kematian, argumentasi yang berdasarkan akal sehat tidak pernah menggantikan tempat argumentasi-argumentasi kekerasan. Hal ini mungkin menyedihkan, tetapi benar-benar terjadi. Bukan kita yang membuat dunia ini. Kita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerimanya apa adanya.
Arti Revolusi
Revolusi berarti suatu pergantian tatanan sosial. Revolusi mentransfer kekuasaan dari tangan-tangan kelas yang telah kehabisan tenaganya kepada kelas lain yang berada di atas kekuasaan. Pemberontakan mengangkat momen yang paling tajam dan paling kritis dalam pertarungan demi kekuasaan antara kedua kelas... Pemberontakan dapat mencapai kemenangan yang sesungguhnya dari Revolusi dan mencapai kemapanan sebuah tatanan baru hanya ketika ia berbasis pada sebuah kelas yang progresif, yang mampu menarik mayoritas rakyat yang besar sekali jumlahnya untuk berkumpul.
Berbeda dengan proses-proses alam, sebuah revolusi dibuat oleh manusia dan melalui manusia. Tapi selama dalam revolusi manusia juga bertindak di bawah pengaruh kondisi-kondisi sosial yang tidak mereka pilih secara bebas, melainkan diterima dari masa lalu dan secara imperatif menunjukkan jalan yang harus mereka ikuti. Untuk alasan ini, dan hanya untuk alasani ini, sebuah revolusi mengikuti hukum-hukum yang pasti.
Tetapi kesadaran manusia tidak semata secara pasif mencerminkan kondisi-kondisi objektifnya. Hal ini biasanya bereaksi secara aktif terhadap kondisi-kondisi tersebut. Pada waktu-waktu tertentu reaksi ini mengambil sebuah karakter massa yang keras, penuh nafsu. Batas mengenai yang-harus dan yang-boleh ditumbangkan. Intervensi aktif massa dalam kejadian-kejadian historis adalah benar-benar merupakan elemen yang sangat diperlukan sebuah revolusi.
Tetapi bahkan aktivitas yang paling heboh sekalipun dapat tetap mandeg dalam tahap demonstrasi atau pemberontakan, tanpa muncul ke ketinggian sebuah revolusi. Kebangkitan massa harus dipimpin untuk menumbangkan pendominasian satu kelas dan untuk memapankan dominasi kelas lainnya. Hanya dengan begitu kita mencapai sebuah revolusi. Suatu kebangkitan massa bukanlah perbuatan tersendiri, yang dapat disulap adanya pada sembarang waktu yang diinginkan. Kebangkitan massa itu mempresentasikan sebuah elemen yang terkondisi-secara-objektif dalam perkembangan sebuah revolusi, sebagaimana sebuah revolusi mempresentasikan sebuah proses terkondisi-secara-objektif dalam perkembangan masyarakat. Tetapi jika hadir kondisi-kondisi yang diperlukan untuk kebangkitan, orang harus tidak begitu saja menunggu secara pasif, dengan mulut ternganga; seperti Shakespeare bilang, "There is a tide in the affairs of men which taken at the flood, leads on to fortune."
Untuk menyapu bersih tatanan sosial yang usang, kelas progresif harus mengerti bahwa waktu baginya telah ditentukan dan di hadapannya terdapat tugas untuk menaklukkan kekuasaan. Di sini terbuka lapangan aksi revolusioner yang sadar, di mana tinjauan ke masa depan dan kalkulasi bergabung dengan kehendak dan keberanian. Dengan kata lain; di sini terbuka lapangan bagi tindakan Partai...
Partai revolusioner menyatukan bunga-bunga dari kelas progresif untuk bergabung di dalamnya. Tanpa sebuah partai yang mampu mengorientasikan diri dalam lingkungannya, memahami kemajuan dan ritme dari kejadian-kejadian dan secara dini memenangkan kepercayaan massa, kemenangan revolusi kaum proletar adalah hal yang mustahil. Ini merupakan relasi-relasi resiprokal antara faktor-faktor subjektif dan faktor-faktor objektif dari pemberontakan dan revolusi.
"Kudeta"
Partai Revolusioner menyatukan di dalam dirinya bunga-bunga kelas yang progresif. Tanpa sebuah partai yang mampu mengorientasikan dirinya di dalam lingkungannya, memahami perkembangan dan ritme peristiwa-peristiwa dan meraih kepercayaan massa, kemenangan revolusi proletar adalah tidak mungkin. Ini adalah hubungan timbal-balik antara faktor objektif dan subjektif dari insureksi dan revolusi.
Dalam perdebatan-perdebatan, terutama perdebatan teologis, seperti yang anda ketahui adalah normal bagi musuh-musuh untuk mencemarkan kebenaran ilmiah dengan mendorongnya ke kekonyolan. Metode ini dikenal di logic sebagai Reductio ad adsurdum. Kita akan mulai dari sebuah kekonyolan untuk mendekati kebenaran dengan keamanan yang besar. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengeluh akan kurangnya kekonyolan. Mari kita ambil kekonyolan yang paling baru, dan kasar.
Penulis dari Itali, Malaparte, yang adalah teoritis Fasis - ada orang seperti itu tidak beberapa lama yang lalu- menerbitkan sebuah buku tentang teknik kudeta. Penulis ini mengabdikan cukup banyak halaman untuk 'investigasinya' akan insureksi Oktober.
Berbeda dengan "strategi" Lenin yang selalu berhubungan dengan kondisi sosial dan politik di Rusia pada tahun 1917, "taktik Trotsky" dalam kata-kata Malaparte, "tidak terbatasi oleh kondisi umum negara tersebut." Ini adalah tema utama dari buku tersebut! Malaparta memaksa Lenin dan Trotsky, di dalam halaman-halaman bukunya, untuk melakukan banyak dialog, dimana kedua partisipan tersebut menunjukkan kecerdasan yang sama seperti yang diberikan Alam kepada Malaparte. Dalam menjawab pertimbangan Lenin akan syarat-syarat sosial dan politik untuk pemberontakan, Malaparte membuat Trotsky untuk berkata secara literal, "Strategi kamu membutuhkan terlalu banyak kondisi-kondisi yang mendukung; pemberontakan ini tidak membutuhkan apapun, dia mencukupi dirinya sendiri." Anda dengar: "Pemberontakan ini tidak membutuhkan apapun!" Inilah kekonyolan yang harus membantu kita untuk mendekati kebenaran. Penulis ini mengulangi dengan gigih bahwa di dalam Revolusi Oktober, yang memenangkan revolusi tersebut adalah taktiknya Trotsky, bukan taktiknya Lenin. Taktik tersebut (Trotksy), menurut kata-katanya, merupakan bahaya terhadap kedamaian negara-negara Eropa. "Strateginya Lenin", saya kutip kata demi kata, "tidak mengandung bahaya yang segera terhadap pemerintahan-pemerintahan Eropa. Tetapi taktiknya Trotsky mengandung sebuah bahaya permanen yang sesungguhnya terhadap mereka." Bahkan lebih konkritnya, "Gantikan Kerensky dengan Poincare, dan kudeta Bolshevik pada bulan Oktober 1917 tetap akan berhasil." Sangatlah sukar dipercaya bahwa buku semacam ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan diambil secara serius.
Kita mencari dengan sia-sia untuk menemukan apakah keharusan dari strategi Lenin, bila "taktik Trotsky" dapat memenuhi tugas yang sama di setiap situasi. Dan mengapa revolusi yang sukses sangatlah langka, bila hanya sedikit resep teknik cukup untuk keberhasilan mereka?
Dialog antara Lenin dan Trotsky yang disuguhkan oleh penulis Fasis ini adalah karangan yang tidak bermutu, dalam isi maupun bentuk, dari permulaan hingga akhir. Tidak sedikit karangan semacam ini beredar di dunia. Contohnya, di Madrid, sudah dicetak sebuah buku, La Vida del Lenin (Kehidupan Lenin) dimana saya tidak mempunyai tanggung jawab apapun terhadapnya seperti halnya terhadap resep taktik Malaparte. Koran mingguan Madrid, Estampa, menerbitkan seluruh bab buku yang dituduhkan sebagai buku Trotsky tentang kehidupan Lenin, yang berisi penodaan terhadap hidup Lenin yang saya hargai dan tetap saya nilai lebih tinggi dibandingkan orang-orang lain di jaman saya.
Tetapi mari kita tinggalkan penipu-penipu ini pada nasibnya. Wilhem Liebknecht, ayah dari pejuang dan pahlawan yang tak dapat dilupakan Karl Liebknecht, suka berkata, "Seorang politisi revolusioner harus menyiapkan dirinya dengan kulit yang tebal." Doktor Stockmann bahkan merekomendasikan bahwa siapapun yang ingin berbuat sesuatu yang melawan opini masyarakat harus menahan dirinya untuk mengenakan celana yang baru. Kita akan mencatat dua usul yang baik ini dan melanjutkan ceramah ini.
Alasan-Alasan Terjadinya Revolusi Oktober
Pertanyaan-pertanyaan apa yang dimunculkan oleh Revolusi Oktober dalam benak manusia yang berpikir?
Mengapa dan bagaimana revolusi ini terjadi? Lebih tepatnya, mengapa revolusi kaum proletariat berjaya di salah satu negara yang paling terbelakang di Eropa?
Apa yang telah menjadi hasil-hasil dari Revolusi Oktober? Dan terakhir:
Sudah terujikah Revolusi Oktober?
Pertanyaan pertama, mengenai sebab-sebab, sekarang dapat dijawab secara kurang lebih menyeluruh. Saya telah berusaha untuk melakukan hal ini secara detil dalam karya saya "History of The Revolution." Saat ini saya hanya dapat memformulasikan kesimpulan-kesimpulan yang paling penting.
Hukum Perkembangan Yang Tak Seimbang
Kenyataan bahwa proletariat mencapai kekuasaan untuk pertama kalinya dalam kerajaan terbelakang seperti Tsarist Rusia kelihatan misterius hanya pada pandangan pertama yang bersifat sekilas; pada realitasnya hal itu sepenuhnya sesuai dengan hukum historis. Ia sudah dapat diprediksi, dan ia memang diprediksikan. Lebih lagi, berdasar prediksi atas kenyataan inilah kaum Marxis revolusioner membangun strategi mereka jauh sebelum saat yang ditentukan.
Penjelasan pertama dan yang paling general adalah: Rusia merupakan negara terbelakang, hanya bagian dari ekonomi dunia, hanya sebuah elemen dari sistem kapitalis dunia. Dalam masalah ini Lenin menyelesaikan teka teki Revolusi Rusia dengan formula yang mengenyahkan bongkahan batu penutup teka-teki itu: "mata rantai putus pada sambungannya yang terlemah."
Sebuah ilustrasi kasar: Perang Besar, hasil dari kontradiksi-kontradiksi imperialisme dunia, telah menarik berbagai negara yang memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda ke dalam kekuatannya yang sangat berbahaya dan tak dapat ditahan, tetapi membuat klaim yang sama terhadap seluruh partisipan. Jelas bahwa beban perang akan tidak dapat ditoleransi terutama sekali oleh negara-negara yang paling terbelakang. Rusia adalah negara pertama yang terpaksa meninggalkan gelanggang. Tetapi untuk memutuskan diri dari perang, rakyat Rusia harus menumbangkan kelas-kelas yang memegang kendali pemerintahan. Dengan cara inilah mata rantai perang putus pada sambungannya yang terlemah.
Tetapi perang bukanlah malapetaka yang datang dari luar manusia seperti halnya gempa bumi, melainkan sebagaimana Clausewitz tua berkata, keberlangsungan politik oleh cara-cara lain. Dalam perang yang lalu, tendensi-tendensi utama dari sistem imperialistik mengenai massa "damai" hanya menampilkan diri mereka sendiri secara lebih kasar. Makin tinggi pemaksaan menyeluruh terhadap produksi, makin tegang pula kompetisi di pasar dunia, makin tajam antagonisme-antagonisme, dan makin gila pula perlombaan peralatan perang dan jauh lebih sulit jadinya bagi partisipan-partisipan yang lebih lemah. Itu adalah tepatnya mengapa negara-negara terbelakang mengambil tempat pertama dalam rangkaian kolaps. Mata rantai kapitalisme dunia selalu cenderung putus pada sambungannya yang terlemah.
Jika, sebagai sebuah akibat dari keadaan-keadaan yang sama sekali tidak menguntungkan, --sebagai contohnya, bisa kita katakan, intervensi militer yang sukses dari luar atau kesalahan yang tak dapat diperbaiki dalam bagian Pemerintah Soviet sendiri, kapitalisme akan muncul lagi pada teritori Soviet dengan keluasan luar biasa besar, ketidakcakapannya yang historis pada saat yang sama telah muncul dengan tak dapat dicegah dan kapitalisme yang demikian dalam putarannya segera menjadi korban dari kontradiksi-kontradiksi yang sama yang menyebabkan ledakannya tahun 1917. Tidak ada resep taktis yang dapat menghadirkan Revolusi Oktober, jika Rusia belum membawanya di dalam tubuhnya. Partai Revolusioner dalam analisis terakhir hanya dapat mengklaim peran seorang bidan yang terpaksa menjalankan operasi caesar.
Seseorang mungkin akan berkata untuk menjawab hal ini: "Pertimbangan-pertimbangan anda yang luas bisa secara memadai menjelaskan mengapa Rusia kuno harus karam, bahwa negara di mana kapitalisme terbelakang dan kaum tani yang dimiskinkan kemudian diperintah oleh kebangsawanan yang berkelakuan parasit serta monarki yang membusuk. Tetapi dalam perumpamaan tentang mata rantai dan sambungannya yang terlemah, masih ada kunci dari teka-teki sesungguhnya yang hilang: Bagaimana mungkin sebuah revolusi sosialis bisa berhasil di sebuah negara yang terbelakang. Sejarah mengetahui lebih dari tjukup ilustrasi-ilustrasi mengenai kebusukan negara dan peradaban menyertai kolapsnya kelas-kelas kuno, yang mana dalam negara dan peradaban ini tidak ditemukan adanya pengganti yang progresif. Keruntuhan Rusia lama haruslah, dalam pandangan sekilas merubah negara ini ke sebuah koloni kapitalis daripada membawanya ke sebuah Negara Sosialis."
Keberatan ini sangatlah menarik. Keberatan ini menggiring kita secara langsung menuju inti seluruh permasalahan. Sekalipun begitu, keberatan ini keliru: bisa saya katakan, keberatan ini kekurangan simetri internal. Di satu sisi, ia bermula dari sebuah konsepsi yang dilebih-lebihkan dari fenomena keterbelakangan historis secara umum.
Makhluk hidup, tentu saja termasuk manusia, melalui tahapan-tahapan yang serupa sesuai dengan usia mereka. Pada seorang anak normal yang berusia 5 tahun kita temukan sebuah korespondensi yang pasti antara berat, ukuran, dan organ-organ dalam. Tetapi sama sekali lain dengan kesadaran manusia. Berlawanan dengan anatomi dan fisiologi, psikologi --baik individual ataupun kolektif-- dibedakan oleh kapasitas penyerapan yang luar biasa, fleksibilitas dan elastisitas; dimana di dalamnya terkandung kemajuan aristokrat umat manusia terhadap saudara binatangnya yang terdekat, kera. Psyche yang absortif dan fleksibel yang dianugrahkan atas makhluk yang dikenal sebagai "organisma" sosial --sebagai makhluk terhormat dalam kenyataannya sebagai makhluk biologis-- adalah sebuah variabilitas struktur internal yang luar biasa, sebagai sebuah kondisi yang diperlukan bagi kemajuan sejarah. Dalam perkembangan bangsa-bangsa dan negara-negara, terutama yang kapitalis, tidak ada kesamaan dan tidak ada juga regularitas (sifat beraturan). Tahapan yang berbeda dari peradaban bahkan berlawanan dari kutub ke kutub, saling mendekat dan bercampur baur dalam kehidupan bangsa dan negara yang sama.
Hukum Perkembangan Gabungan
Jangan kita lupakan bahwa keterbelakangan historis adalah sebuah konsep relatif. Di mana terdapat negara-negara yang terbelakang dan juga negara-negara yang progresif, terdapat pula saling mempengaruhi yang resiprokal antara yang satu dengan yang lainnya; ada tekanan dari negara-negara progresif terhadap negara-negara terbelakang, ada kebutuhan bagi negara-negara terbelakang untuk menjajari negara-negara progresif, untuk meminjam pengetahuan dan teknologi mereka, dan lain-lainnya. Dalam cara ini muncullah tipe gabungan dari perkembangan: ciri-ciri keterbelakangan digabung dengan kata terakhir dalam teknik dan pemikiran dunia. Akhirnya negara-negara yang secara historis terbelakang, supaya lepas dari keterbelakangannya, seringkali terpaksa saling mendahului.
Fleksibilitas dari kesadaran kolektif memungkinkan pencapaian hasil, yang dalam psikologi individual disebut "menanggulangi kesadaran akan inferioritas" di bawah kondisi-kondisi tertentu, dalam arena sosial. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa Revolusi Oktober adalah sebuah cara historis di mana dengannya rakyat Rusia mampu menanggulangi inferioritas ekonomis dan budaya mereka sendiri.
Tetapi marilah kita berlalu dari historico-philosophic ini, mungkin agak terlalu abstrak, generalisasi; dan mari meletakkan masalah yang sama dalam bentuk konkrit, yaitu di tengah saling silangnya fakta-fakta ekonomis yang nyata. Keterbelakangan Rusia menampilkan dirinya paling jelas pada permulaan abad ke-20 dalam kenyataan bahwa industri menduduki tempat yang kecil di negara itu dibandingkan dengan pertanian. Diambil secara keseluruhan, ini berarti sebuah produktifitas yang rendah dari tenaga kerja nasional. Cukup dikatakan bahwa pada puncak perang, ketika kaum Tsarist Rusia telah mencapai puncak keberadaannya, pendapatan nasional adalah 8-10 kali lebih rendah daripada di Amerika Serikat. Secara numerik, ini mengekspresikan "amplitudo" dari keterbelakangannya --jika kata "amplitudo" dapat digunakan dalam hubungan dengan keterbelakangan.
Bagaimanapun, pada saat yang bersamaan hukum perkembangan gabungan menampilkan diri dalam lapangan ekonomi pada setiap langkah, dalam fenomena yang sederhana seperti juga dalam fenomena yang kompleks. Nyaris tanpa jalan raya, Rusia terpaksa membangun jalan kereta api. Tanpa harus melewati tahapan-tahapan pekerja tangan terampil di Eropa dan tahapan-tahapan manufaktur, secara langsung Rusia sampai pada produksi yang dimekanisasi. Meloncati tahapan-tahapan perantara adalah jalan bagi negara-negara terbelakang.
Sementara agrikultur kaum tani sering bertahan pada level abad ke 17, industri Rusia --jika tidak dalam keseluruhannya, setidaknya dalam bentuknya-- sampai pada level negara-negara progresif dan pada beberapa bidang mendahului mereka. Dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar, dengan seribu orang pekerja masing-masingnya, dipekerjakan di Amerika Serikat kurang dari 18 persen dari jumlah total pekerja industri. Di Rusia angka itu lebih dari 40 persen. Fakta ini susah untuk didamaikan dengan konsep konvensional mengenai keterbelakangan ekonomi Rusia. Hal ini tidak berada pada sisi lain, menyangkal keterbelakangan ini, tetapi secara dialektis melengkapinya.
Karakter yang saling bertolak belakang yang serupa ditunjukkan oleh struktur kelas di negara itu. Modal uang dari Eropa telah mengindustrialisasi ekonomi Rusia dengan tempo yang dipercepat. Industri kaum borjuis dengan segera mengambil perhitungan kapitalistik yang besar dan karakter yang anti populer. Para pemegang saham asing hidup di luar negara itu semantara, di sisi lain, para pekerja secara alamiah adalah orang Rusia. Borjuasi Rusia yang secara numerik lemah, yang tidak punya akar nasional, berhadapan dengan kaum proletariat yang relatif kuat dengan akar yang kuat di kedalaman rakyat.
Karakter revolusioner kaum proletariat diasah lebih lanjut oleh fakta bahwa secara khusus Rusia, sebagai sebuah negara terbelakang, di bawah suatu keharusan untuk mengejar lawan-lawannya, telah tidak mempergunakan konservatisme ekonomi dan sosial. Negara paling konservatif di Eropa, sesungguhnya di seluruh dunia, dianggap --dan ini benar-- adalah negara kapitalis tertua, Inggris. Negara Eropa yang paling bebas dari konservatisme dalam semua kemungkinan adalah Rusia.
Tetapi kaum yang ditetapkan sebagai proletariat Rusia, muda dan baru, masih merupakan sebuah minoritas yang kecil dari keseluruhan bangsa. Pasukan cadangan dari kekuatan revolusionernya terletak di luar kaum proletariat itu sendiri --di dalam kaum tani, hidup dalam setengah perbudakan; dan di dalam warga negara yang tertindas.
Kaum Tani
Lapisan tanah terbawah dari revolusi adalah masalah kaum agraris. Sistem feodal monarkis yang tua menjadi dua kali lipat tidak dapat ditoleransi di bawah kondisi-kondisi eksploitasi kapitalis yang baru. Area komune pertanian mencakup area sekitar 140 juta dessiatine (1 dessiatine = 1.09 hektar). Tetapi, 30 ribu pemilik tanah besar, yang rata-rata memiliki lebih dari 2000 dessiatine, memiliki 7 juta dessiatine, ini adalah sebanyak yang dimiliki 10 juta petani. Statistik kepemilikan tanah ini mengandung sebuah program pemberontakan agraria yang sudah siap jadi.
Pada tahun 1917, seorang bangsawan, Bokorin, menulis kepada petinggi Rodsianko, Ketua dari munisipal Duma yang terakhir: "Saya adalah seorang tuan tanah dan saya tidak dapat menerima bahwa saya harus kehilangan tanah saya demi eksperimen doktrin sosialisme." Tetapi inilah tugas dari revolusi untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat diterima oleh kelas penguasa.
Pada musim gugur, 1917, hampir semua negara menjadi tempat pemberontakan agraria. Dari 642 departemen Rusia lama, 482, atau 77%, terpengaruh oleh gerakan ini! Refleksi dari desa-desa yang terbakar menerangi arena pemberontakan di kota-kota.
Namun anda dapat membantah bahwa perang buruh tani melawan para tuan tanah adalah satu dari elemen-elemen klasik revolusi borjuis, dan sama sekali bukan revolusi kaum proletar!
Sepenuhnya benar, saya jawab --begitulah di masa lalu. Tetapi ketidakmampuan masyarakat kapitalis untuk bertahan hidup dalam sebuah negara yang terbelakang secara historis secara tepat digambarkan dalam fakta bahwa perlawanan petani tidak menyetir kelas-kelas borjuis ke depan, tetapi sebaliknya mengarahkan mereka kembali demi kebaikan reaksi ke dalam bangsa. Kalau kaum tani tidak ingin sepenuhnya memberontak tidak ada suatu pun yang tertinggal untuknya, kecuali bergabung dengan proletariat industri. Kerjasama revolusioner dari dua kelas tertindas ini jauh hari telah dilihat oleh Lenin yang Jennius dan telah disiapkan untuknya jauh sebelumnya.
Bila masalah kaum agraris telah dipecahkan secara perwira oleh kaum borjuis, sudah tentu kaum proletariat Rusia tak akan dapat mencapai kekuasaan di tahun 1917. Namun orang-orang Rusia borjuis, tamak dan pengetjut, tak bernyali mengadakan perlawanan pada hak milik feodal. Tapi karena itulah mereka mengirimkan kekuatan pada kaum proletariat dan bersama dengannya mereka jadi punya hak untuk ikut membuang apa-apa yang menjadi takdir milik masyarakat borjuis.
Untuk menghadirkan Negara Soviet menjadi nyata, adalah perlu secara konsekuen dua faktor dari asal historis yang berbeda ini untuk melakukan kolaborasi; perang kaum tani, katakanlah, satu pergerakan yang merupakan karakteristik fajar perkembangan borjuasi, dan pemberontakan kaum proletar, atau kebangkitan yang mengumumkan kemerosotan dari pergerakan kaum borjuis. Di sanalah kita memiliki karakter gabungan dari Revolusi Rusia.
Saat kita membiarkan seekor beruang - yaitu kaum tani - berdiri di atas kaki belakangnya, dia akan menjadi sangat buruk di dalam kemurkaannya. Tetapi dia tidak mampu untuk memberikan ekspresi yang sadar kepada kemarahannya. Dia membutuhkan seorang pemimpin. Untuk pertama kalinya di dalam sejarah dunia, kaum petani yang memberontak menemukan pemimpinnya yang setia di dalam kaum proletariat.
Empat juta pekerja di industri dan transportasi memimpin seratus juta petani. Ini adalah hubungan timbal-balik yang alami dan tidak dapat dielakkan antara kaum proletariat dan kaum tani di dalam Revolusi.
Masalah Nasional
Tenaga cadangan revolusioner kedua dari kaum proletariat terbentuk dari warga negara tertindas, yang merupakan kelanjutan dari yang dulunya merupakan petani. Terus akrab dengan keterbelakangan historis negara adalah karakter selanjutnya dari perkembangan Negara, yang menyebar seperti sebuah noktah minyak pelumas melebar dari pusat di Moskow menuju sekelilingnya. Di Timur ia menaklukkan lebih banyak lagi rakyat terbelakang, memantapkan posisinya di mereka, dengan tujuan untuk melumpuhkan negara-negara Barat yang lebih berkembang maju. Terdapat 70 juta orang Rusia Besar, yang merupakan massa utama dari populasi yang keseluruhannya secara gradual berjumlah 90 juta dengan tambahan ras-ras lain.
Dengan cara ini bangkitlah kerajaan, yang komposisi pemerintahan nasionalnya terdiri atas hanya 43 persen populasi, sementara yang tertinggal adalah 57 persen, terdiri dari para warga negara dari tingkatan peradaban dan tingkat kehilangan hak legal yang beraneka ragam. Tekanan nasional lebih tajam secara tak lagi bisa dibandingkan dengan di negara-negara tetangga, tidak hanya yang di bagian barat perbatasan, melainkan juga negara-negara di wilayah timur perbatasan. Inilah yang memberikan sebuah kekuatan eksplosif yang dahsyat pada masalah nasional.
Kaum borjuis liberal Rusia tidak ingin, di dalam masalah nasional maupun masalah agraria, melampaui peningkatan tertentu di dalam rejim opresi dan kekerasan. Pemerintahan "demokratik" Miliukov dan Kerensky, yang mencerminkan kepentingan kaum borjuis Rusia dan birokrasi, sebenarnya bercepat-cepat untuk menyenangkan nationalitas yang kecewa di dalam 8 bulan keberadaan mereka: "Kamu akan memperoleh apa yang kamu bisa peroleh dengan kekerasan."
Perkembangan yang tak dapat dihindarkan dari gerakan-gerakan sentrifugal nasional telah diperhitungkan sejak dini oleh Lenin. Partai Bolshevik berjuang dengan tegar selama bertahun-tahun demi hak menentukan nasib sendiri (self-determination) bagi anak bangsa, yaitu demi hak atas pemisahan diri sepenuhnya. Hanya melalui posisi gagah perwira begini atas masalah nasional maka kaum proletar Rusia dapat secara bertahap memenangkan kepercayaan dari rakyat yang tertindas. Gerakan kemerdekaan nasional, sama halnya dengan gerakan kaum agraris, perlu berbalik melawan para pejabat demokrasi, memperkuat kaum proletariat, dan tercurah ke dalam arus kebangkitan Oktober.
Revolusi Permanen
Dalam cara-cara ini teka teki mengenai kebangkitan kaum proletariat dalam sebuah negara yang secara historis terbelakang telah kehilangan selubung misterinya.
Jauh sebelum terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut, kaum revolusioner Marxis telah memprediksi adanya barisan Revolusi dan peran historis dari kaum proletar muda Rusia. Saya akan mengutip dari tulisan saya pada tahun 1905:
"Di dalam sebuah negara yang ekonominya terbelakang, kaum proletariat dapat mencapai kekuasaan lebih awal dari pada negara kapitalisme yang maju ...
"Revolusi Rusia menciptakan kondisi dimana kekuasaan (dan bila revolusi tersebut sukses, harus) ditransfer kepada kaum proletariat, bahkan sebelum kebijakan liberalisme borjuis mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kegeniusannya di dalam pemerintahan secara penuh.
"Nasib dari kepentingan revolusioner yang paling dasar dari kaum tani ... terikat dengan nasib dari seluruh revolusi, dengan kata lain terikat dengan nasib kaum proletariat. Kaum proletariat, ketika berkuasa, akan tampak di hadapan kaum tani sebagai kelas pembebas.
"Kaum proletariat memasuki Pemerintah sebagai representasi revolusioner negara tersebut, sebagai pemimpin rakyat yang diakui di dalam perjuangan melawan absolutisme dan barbarisme pertanian feudal.
"Rejim proletariat harus berdiri dari awal untuk menyelesaikan masalah agraria, dimana masalah nasib kebanyakan rakyat Rusia tergantung.
Saya mengambil kesempatan untuk mengutip tulisan-tulisan tersebut sebagai bukti bahwa teori Revolusi Oktober yang saya presentasikan hari ini bukanlah improvisasi dan tidak dirumuskan setelah fakta di bawah tekanan peristiwa. Tidak, di dalam bentuk prognosis politik, teori ini sangat mendahului pemberontakan Oktober. Anda akan setuju bahwa sebuah teori secara umum mempunyai nilai hanya karena teori tersebut membantu untuk menaksir arah perkembangan dan mempengaruhinya secara berguna. Inilah pentingnya Marxisme sebagai senjata orientasi sejarah sosial. Saya mohon maaf bila sempitnya tema ceramah ini tidak mengijinkan saya untuk memberikan penjelasan yang lebih luas mengenai kutipan-kutipan di atas. Maka dari itu, saya hanya akan memberikan sebuah ringkasan yang singkat tentang semua tulisan semenjak 1905.
Berkenaan dengan tugas-tugasnya yang segera, Revolusi Rusia adalah sebuah revolusi borjuis. Tetapi kaum borjuis Rusia adalah anti-revolusioner. Karena itulah kemenangan Revolusi hanya mungkin sebagai sebuah kemenangan kaum proletariat. Lagipula kaum proletariat yang menang tidak berhenti pada program demokrasi ala borjuis: ia akan terus menuju program sosialisme. Revolusi Rusia menjadi tahap pertama dari revolusi dunia kaum Sosialis.
Inilah teori mengenai revolusi permanen yang saya formulasikan tahun 1905 dan sejak itulah diekspos menjadi kritisisme terkeras di bawah nama "Trotskyisme".
Lebih tepatnya, ini hanyalah sebagian dari keseluruhan teori. Bagian lain, yang sekarang muncul sebagai keistimewaan dalam waktu yang tepat, menguraikan:
"Kekuatan-kekuatan produktif yang ada sekarang ini telah lama melampaui batas-batas nasionalnya. Sebuah masyarakat sosialis tidak mudah dikerjakan dalam ruang lingkup perbatasan-perbatasan nasional. Sama bisa jadinya dengan kesuksesan-kesuksesan ekonomis sebuah negara pekerja, program "Sosialisme di dalam satu negara" adalah sebuah utopia kaum borjuis kecil. Hanya sebuah federasi Eropa kemudian sebuah federasi dunia dari republik-republik sosialis yang dapat menjadi arena sesungguhnya bagi sebuah masyarakat sosialis yang harmonis."
Sekarang, setelah teruji oleh berbagai kejadian, saya melihat lebih sedikit alasan, daripada sebelumnya, untuk membuang teori ini.
Prasyarat-Prasyarat Untuk Revolusi Oktober
Setelah semua yang sudah disebutkan di atas, apakah masih berguna untuk mengingat penulis Fasis Malaparte, yang menuduh saya sebagai sumber dari taktik-taktik yang independen dari strategi dan resep teknikal untuk pemberontakan, yang bisa diterapkan di dalam segala situasi? Adalah hal yang baik bahwa nama teoritisi kudeta yang tidak beruntung ini membuat mudah untuk membedakan dia dari praktisioner kudeta yang berhasil ini; maka dari itu, tidak ada seorangpun yang akan beresiko membingungkan Malaparte dengan Bonaparte.
Tanpa pemberontakan bersenjata pada 7 November 1917, Negara Soviet tak akan ada. Tetapi pemberontakan itu sendiri tidak begitu saja dijatuhkan dari surga. Diperlukan sejumlah urutan prasyarat historis untuk terjadinya Revolusi Oktober.
- Pembusukan kelas-kelas lama yang berkuasa --kaum bangsawan, monarkhi, kaum birokrat.
- Kelemahan politis dari kaum borjuis yang tidak mengakar pada massa rakyat.
- Karakter revolusioner dari masalah kaum agraris.
- Karakter revolusioner dari problem warga negara yang tertindas.
- Signifikannya beban-beban sosial ditimpakan pada kaum proletariat.
- Pada prekondisi-prekondisi organis ini harus ditambahkan syarat-syarat yang berhubungan secara amat penting.
- Revolusi 1905 adalah sebuah sekolah yang hebat atau dalam ungkapan Lenin, "latihan" untuk Revolusi 1917. Soviet sebagai bentuk organisasional yang tak dapat digantikan dari front-front kaum proletar yang bersatu dalam Revolusi Besar pertama kali diciptakan tahun 1905.
- Perang kaum imperialis mempertajam sekuruh kontradiksi merobek masa terbelakang untuk keluar dari keajegan mereka, dan kemudian mempersiapkan skala yang luar biasa besar bagi terjadinya catastrophe.
Partai Bolshevik
Tetapi semua syarat-syarat ini, yang secara embel-embel mencukupi untuk pecahnya Revolusi, adalah tidak tjukup untuk memastikan kemenangan kaum proletariat di dalam Revolusi. Untuk kemenangan ini satu syarat lagi diperlukan.
8. Partai Bolshevik
Saat saya menyebutkan satu per satu prasyarat dan yang ini saya sebutkan terakhir, saya melakukannya semata karena mengikuti rangkaian logis, dan bukan karena saya memberi tempat terakhir demi kepentingan partai.
Tidak, saya jauh dari pikiran semacam itu. Kaum borjuis liberal dapat merampas kekuasaan dan telah merampasnya lebih dari sekali sebagai hasil perjuangan di mana mereka tidak ambil bagian; borjuasi liberal memiliki organ-organ perampasan yang secara mengagumkan diadaptasi sesuai tujuan. Tetapi massa pekerja berada dalam posisi yang berbeda; mereka telah lama terbiasa untuk memberi, dan bukan mengambil. Mereka bekerja, bersikap sabar selama yang mereka bisa, berharap, kehilangan kesabaran, bangkit dan berjuang, mati, membawa kemenangan bagi yang lain, dihianati, jatuh dalam kepatahan semangat, menundukkan leher mereka, dan bekerja lagi.
Begitulah sejarah massa rakyat di bawah segala rezim. Untuk bisa merebut kekuasaan secara sungguh-sungguh dan pasti ke dalam genggamannya, kaum proletariat membutuhkan sebuah Partai, yang jauh mengungguli partai-partai lain dalam hal pemikiran dan kebulatan tekadnya yang revolusioner.
Partai Bolshevik, yang telah digambarkan lebih dari sekali dan dengan justifikasi komplit sebagai Partai paling revolusioner dalam sejarah umat manusia, adalah kondensasi hidup dari sejarah modern Rusia, dari semua yang bergerak dinamis di dalamnya. Penumbangan Tsarisme telah jauh-jauh hari dikenali sebagai syarat yang harus ada bagi perkembangan ekonomi dan budaya. Tetapi untuk solusi tugas ini, kekuatan-kekuatan tidak mencukupi. Kaum borjuis takut pada Revolusi. Kaum terpelajar mencoba membawa kaum tani di bawah kakinya. Tak mampu menggeneralisasikan keperihan-keperihan dan tujuan-tujuannya sendiri, kaum Mushik meninggalkan panggilan ini tak berjawab. Kaum terpelajar mempersenjatai diri dengan dinamit. Seluruh generasi diabaikan dalam perjuangan ini.
Pada tanggal 1 Maret 1887, Alexander Ulianov mengadakan plot-plot hebat teroris yang terakhir. Usaha pembunuhan Alexander III gagal. Ulianov dan para partisipan lainnya dieksekusi mati. Usaha membuat persiapan kimiawi mendapat tempat di kelas revolusioner, menjadi bela sungkawa yang pahit. Bahkan cerdik pandai yang paling heroik adalah bukan apa-apa tanpa massa. Adik laki-laki Ulianov, Vladimir, yang kemudian dikenal sebagai Lenin di masa setelahnya, figur terbesar dari sejarah Rusia, dibesarkan di bawah impresi dari fakta-fakta dan konklusi ini. Bahkan dalam awal masa mudanya ia meletakkan dirinya di atas pondasi Marxisme dan menghadapkan wajahnya pada kaum proletariat.
Tanpa sekejap pun kehilangan perhatian pada daerah pedesaan, ia mencari jalan ke kaum tani lewat kaum pekerja. Mewarisi kapasitas pengorbanan diri dan keinginan untuk sampai pada limit terakhir dari nenek moyangnya yang revolusioner, Lenin di usia yang sangat muda menjadi guru dari generasi baru kaum terpelajar dan para pekerja yang maju. Dalam pemogokan dan perjuangan di jalanan, dalam penjara dan dalam pembuangan, para pekerja menerima gejolak yang diperlukan. Mereka membutuhkan sorotan lampu Marxisme untuk menerangi jalan historis mereka dalam kegelapan absolutisme.
Di antara para emigran, grup marxis yang pertama muncul tahun 1883. Pada tahun 1889, di sebuah pertemuan rahasia, pendirian dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia diproklamirkan (kami semua menyebut diri kami Sosial-Demokrat di hari-hari itu). Tahun 1903 timbul perpecahan antara Bolshevik dan Menshevik, dan di tahun 1912 faksi Bolshevik akhirnya menjadi sebuah Partai independen.
Bolshevik belajar untuk mengenali mekanika-mekanika kelas dari masyarakat dalam kejadian-kejadian yang berlangsung selama dua belas tahun (1905-1917). Partai ini mendidik kelompok-kelompok untuk mampu secara imbang dalam hal inisiatif dan subordinasi. Kedisiplinan tindakan revolusionernya adalah berdasar pada kesatuan dari doktrinnya, pada tradisi perjuangan umum dan pada kepercayaan kepada kepemimpinannya yang teruji.
Begitulah partai pada tahun 1917. Diremehkan oleh "opini publik" para pejabat resmi dan surat kabar murahan dari Penerbit milik kaum terpelajar, partai mengadaptasikan diri pada gerakan massa. Ia dipegang baik-baik di tangan pengontrol jantung kehidupan di pabrik-pabrik dan resimen-resimen. Makin banyak dan terus bertambah banyak massa kaum tani beralih kepada partai. Jika kita mengerti bahwa yang dimaksud "bangsa" bukanlah kepala-kepala yang mempunyai hak istimewa, melainkan mayoritas rakyat, yaitu para pekerja dan buruh tani, maka kaum Bolshevik selama 1917 telah menjadi sebuah partai Rusia yang sepenuhnya nasional.
Dalam bulan September 1917, Lenin, yang terpaksa tetap dalam persembunyiannya, memberikan signal, "Krisis telah matang, saat bagi pemberontakan telah dekat." Ia benar. Kelas-kelas penguasa menghadapi problem-problem mengenai perang, tanah dan liberalisasi, telah terperosok ke dalam kesulitan-kesulitan yang tidak memungkinkan mereka lolos darinya. Secara positif kaum borjuis kehilangan kepalanya. Partai-partai demokratik, Menshevik dan Sosial-Revolusioner, menghamburkan keping terakhir dari kepercayaan massa yang masih ada pada mereka dengan dukungan mereka terhadap perang imperialis, dengan kebijakan-kebijakan mereka mengenai kompromi dan kelonggaran kepada kaum borjuis dan para pemilik properti feodal. Tentara yang tergugah sudah tidak mau lagi berperang demi tujuan-tujuan asing imperialisme. Melecehkan saran-saran demokratik, kaum tani menghalau para tuan tanah keluar dari tanah milik mereka. Warga negara yang tertindas yang berasal dari wilayah perbatasan yang jauh bangkit melawan birokrasi Petrograd. Di kalangan para pekerja Soviet dan para tentara Soviet yang terpenting, kaum Bolshevik merupakan dominan. Bisul sudah matang. Diperlukan satu torehan pisau bedah.
Hanya di bawah kondisi-kondisi sosial dan politis begini ini pemberontakan menjadi mungkin. Dan kemudian ia juga menjadi tak dapat dielakkan. Tetapi tak ada istilah bermain-main dengan pemberontakan. Kesengsaraanlah bagi dokter bedah yang sembrono dalam menggunakan pisau bedah! Pemberontakan adalah sebuah seni. Ia memiliki hukum-hukum dan peraturannya.
Partai menghadapi kenyataan-kenyataan mengenai Pemberontakan Oktober dengan kalkulasi yang dingin dan dengan tekun bergairah. Berterima kasihlah terhadap hal ini, revolusi dimenangkan dengan nyaris tanpa korban. Melalui kaum Soviet yang menang, kaum Bolshevik menempatkan diri mereka di kepala sebuah negeri yang melingkupi 1/6 permukaan bola dunia.
Mayoritas pendengar saya sekarang, saya asumsikan, tidak menyibukkan diri mereka dengan politik sama sekali pada tahun 1917. Lebih banyak lebih baik. Di hadapan generasi muda terpapar banyak hal yang menarik, walaupun tidak selalu mudah. Tetapi, wakil dari generasi tua di aula ini tentu ingat dengan baik bagaimana pengambilalihan kekuasaan oleh Bolshevik diterima: sebagai sesuatu yang aneh, sebagai sebuah ketidakmengertian, sebagai sebuah skandal; lebih sering sebagai sebuah mimpi buruk yang pasti akan hilang saat matahari terbit. Bolshevik hanya akan bertahan selama 24 jam, satu minggu, satu bulan, satu tahun. Periode ini harus diperpanjang terus-menerus. Penguasa-penguasa seluruh dunia mempersenjatai diri mereka untuk melawan negara buruh yang pertama: perang sipil digemparkan, intervensi lagi dan lagi, blokade. Tahun demi tahun berlalu. Sementara, sejarah telah mencatat 15 tahun keberadaan kekuasaan Soviet.
Dapatkah Revolusi Oktober Dibenarkan?
Beberapa lawan akan berkata, "Ya, petualangan Oktober telah memperlihatkan dirinya menjadi amat lebih substansial daripada yang pernah dipikirkan oleh banyak dari kita.
Bahkan mungkin itu bukan sepenuhnya sebuah 'petualangan'. Meskipun begitu, pertanyaan --apa yang dicapai dengan harga semahal ini?-- tetap bertahan dengan penuh kekuatan. Sudahkah janji-janji mempesona yang dinyatakan kaum Bolshevik di tengah-tengah Revolusi dipenuhi?"
Sebelum kita menjawab lawan-lawan hipotesis marilah kita catat bahwa pertanyaan itu sendiri bukanlah pertanyaan baru. Sebaliknya, pertanyaan itu mengikuti terus Revolusi Oktober dalam jarak yang dekat, sejak hari kelahirannya.
Claude Anet, wartawan Perancis yang berada di Petrograd selama Revolusi berlangsung, menulis secepatnya tanggal 27 Oktober 1917: "Kaum Maximalis (sebutan orang Perancis kepada kaum Bolshevik pada waktu itu) telah merebut kekuasaan dan hari yang agung telah tiba. Aku berkata pada diriku sendiri, akhirnya aku akan melihat realisasi Surga sosialis yang telah dijanjikan kepada kita bertahun-tahun... Petualangan menakjubkan! Sebuah posisi istimewa!" Dan seterusnya dan selanjutnya. Betapa ini kebencian setulusnya yang diletakkan di belakang ungkapan salut yang ironis. Pagi-pagi sekali setelah pendudukan Istana Musim Dingin, wartawan reaksioner itu bergegas mendaftarkan klaimnya untuk sebuah tiket menuju taman eden. Lima belas tahun telah berlalu sejak Revolusi. Dengan tanpa perayaan, musuh-musuh kita mengungkap kebahagiaan mereka yang jahat atas fakta bahwa, bahkan sekarang, daratan Rusia melahirkan hanya sedikit kemajuan yang mirip dengan kesejahteraan keseluruhan. Ada apa dengan Revolusi dan mengapa pula dengan pengorbanan?
Ijinkan saya untuk mengungkapkan opini bahwa segala kontradiksi, kesulitan, kekeliruan, dan ketidakmampuan dari rezim Soviet tak kurang akrabnya pada saya dibandingkan dengan kepada orang lain. Secara personal, saya tidak pernah menyembunyikan hal tersebut, baik dalam pembicaraan ataupun dalam tulisan-tulisan saya. Saya percaya dan masih percaya bahwa politik-politik revolusioner sebagaimana dibedakan dari politik konservatif, tidak dapat dibangun di atas pengingkaran. "Katakan apa adanya" harus menjadi prinsip tertinggi dari Negara kaum pekerja.
Tetapi dalam kritisisme, sebagaimana dalam aktivitas kreatif, diperlukan perspektif. Subjektifisme adalah penasehat yang buruk, teritimewa dalam masalah-masalah besar. Periode-periode waktu harus sepadan dengan tugas-tugas, dan tidak dengan perubahan-perubahan pikiran mendadak dari individual. Lima belas tahun! Berapa lama itu dalam kehidupan seorang manusia! Dalam periode itu tidak sedikit dari generasi kami telah dimasukkan ke dalam liang kuburan dan yang masih hidup dari kami telah memiliki uban dalam jumlah tak terhitung. Tetapi lima belas tahun yang sama ini --betapa ini sebuah periode yang tidak signifikan dalam hidup seorang manusia!-- hanyalah satu menit dalam jam sejarah.
Kapitalisme memerlukan waktu berabad-abad untuk memantapkan diri dalam perjuangan melawan Jaman Pertengahan, untuk meningkatkan level pengetahuan dan teknik, untuk membangun jalan kereta api, untuk memdayagunakan aliran listrik. Dan kemudian? Kemudian oleh kapitalisme kemanusiaan dijebloskan ke dalam neraka perang dan krisis.
Tetapi Sosialisme diperkenankan oleh musuh-musuhnya, yaitu oleh para pengikut kapitalisme, hanya satu setengah dekade untuk menginstalasikan surga di atas bumi, dengan segala kemajuan-kemajuan modern --Kebajikan-kebajikan yang demikian tidak pernah kita terima.
Proses dari perubahan-perubahan besar harus diukur dengan menggunakan takaran yang sepadan dengannya. Saya tidak tahu jika masyarakat Sosialis akan menyerupai surga dalam Alkitab. Saya menyangsikannya. Tetapi dalam Uni Soviet belum ada Sosialisme. Situasi yang berlaku di sana adalah satu transisi, penuh dengan berbagai kontradiksi, terbebani warisan yang berat dari sejarah dan yang berlaku sekarang adalah berbagai tekanan negara-negara kapitalistik yang bersifat memusuh. Revolusi Oktober telah memproklamasikan prinsip-prinsip sebuah masyarakat yang baru. Republik Sovyet memperlihatkan hanya tahap pertama dari realisasinya. Bola lampu yang pertama kali diciptakan Edison bukan main jeleknya. Kita harus belajar bagaimana cermat melihat masa depan.
Tetapi ketidakbahagianlah yang menghujani kehidupan manusia! Apakah hasil-hasil Revolusi membenarkan adanya pengorbanan yang menjadi penyebab terjadinya ia? Sebuah pertanyaan tak berguna, terus-menerus retoris; seolah-olah proses sejarah diakui dari perhitungan lembar neraca keseimbangan! Sebaiknya kita bertanya, mengingat kesukaran-kesukaran dan penderitaan-penderitaan keberadaan manusia, "Apakah bayarannya itu harus lahir secara sekaligus seluruhnya?" Terhadap hal ini Heine menulis: "Dan si bodoh mengharapkan sebuah jawaban"... Refleksi-refleksi melankolis begini jangan sampai menghalangi umat manusia dari ikhwal dilahirkan dan memberi kehidupan. Bahkan di hari-hari sekarang di mana krisis dunia tak dapat diperikan, untungnya bunuh diri menambah sebuah persentase tak penting. Tetapi orang-orang tidak pernah terpaksa membunuh diri. Ketika beban mereka tidak dapat ditoleransikan, mereka mencari jalan keluar melalui revolusi.
Di samping itu, siapa mereka yang murka pada korban-korban pergolakan sosial? Yang paling sering adalah mereka yang telah meratakan jalan sang aku menjadi korban-korban perang imperialis, dan telah memenangkan atau sekurang-kurangnya telah mengakomodasikan diri mereka kepada perang tersebut. Sekarang giliran kita untuk bertanya, sudahkah perang membenarkan dirinya? Apa yang telah ia beri pada kita? Apa yang telah ia ajarkan?"
Sejarahwan reaksioner, Hippolyte Taine, dalam sebelas volume surat sebarannya melawan Revolusi Prancis menjelaskan, dengan kegembiraan yang jahat, kesengsaraan rakyat Prancis di dalam tahun-tahun kediktaturan Jacobin dan seterusnya. Yang paling sengsara adalah kelas yang lebih rendah di perkotaan, kaum plebeian, yang sebagai "sansculotte" (pasukan revolusioner - catatan penerjemah) telah memberikan yang terbaik dari mereka demi Revolusi. Pada tahun kesepuluh Revolusi, Paris lebih miskin daripada saat revolusi dimulai. Fakta-fakta yang dipilih secara hati-hati dan digabungkan secara palsu menjadi pembenaran Taine untuk memberikan keputusan yang destruktif terhadap Revolusi. Lihat, kaum plebeian ingin menjadi diktatur dan telah membawa kesengsaraan kepada diri mereka sendiri!
Sangatlah sukar untuk merumuskan suatu moralitas yang lebih dangkal. Pertama-tama, bila Revolusi telah membawa kesengsaraan ke negara Prancis, kesalahan ini jatuh sepenuhnya kepada kelas penguasa yang mendorong masyarakat ke revolusi. Kedua, Revolusi Prancis yang besar ini tidak gagal di dalam antrian orang lapar di depan toko roti. Seluruh negara Prancis sekarang ini, seluruh peradaban modern sekarang ini, lahir dari Revolusi Prancis!
Sepanjang Perang Sipil di Amerika Serikat pada tahun 60an abad yang lalu, 50ribu orang tewas. Dapatkah pengorbanan ini dibenarkan?
Dari sudut pandang pemegang budak Amerika dan kelas penguasa Inggris yang berbaris dengan mereka - Tidak! Dari sudut pandang kaum Negro atau buruh Inggris - Tentu Saja! Dan dari sudut pandang perkembangan umat manusia secara menyeluruh, tidak ada keraguan sama sekali. Dari Perang Sipil tahun 60an, lahir Amerika saat ini dengan inisiatif praktikalnya yang tidak terikat, tekniknya yang rasional, dan kekuatan ekonominya. Dari keberhasilan Amerikanisme ini, umat manusia akan membangun masyarakat yang baru.
Revolusi Oktober menusuk lebih dalam dari pada pendahulu-pendahulunya ke dalam hubungan properti. Lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk menampakkan konsekwensi kreatif dari Revolusi ini di dalam semua aspek kehidupan. Tetapi arah umum dari pemberontakan ini sudahlah jelas: Republik Soviet tidak mempunyai alasan apapun untuk menundukkan kepalanya di hadapan penuduh-penuduh kapitalis dan berbicara di dalam bahasa yang meminta maaf.
Untuk menghargai rezim yang baru dari titik pandang mengenai perkembangan makhluk manusia, pertama sekali orang harus menjawab pertanyaan "Bagaimana kemajuan sosial menampilkan diri dan bagaimana hal itu bisa diukur?"
Pembukuan Revolusi Oktober
Kriteria paling dalam, paling objektif, dan paling tak dapat dibantah mengungkapkan: kemajuan dapat diukur dengan pertumbuhan produktivitas buruh sosial. Dari sudut ini, estimasi mengenai Revolusi Oktober telah dibuktikan dengan pengalaman. Prinsip organisasi sosialistik untuk pertama kalinya dalam sejarah telah menunjukkan kemampuannya untuk mencatatkan rekor baru dalam bidang produksi, yang belum pernah terdengar bisa dicapai dalam rentang waktu yang singkat.
Kurva perkembangan daerah industri di Rusia, diambil tahun 1913,tahun terakhir sebelum perang, diungkapkan dalam angka dasar 100. Tahun 1920, titik tertinggi dari perang sipil, juga titik terendah dalam industri --hanya 25, dapat dikatakan hanya seperempat produksi sebelum perang. Di tahun 1925 produksi itu naik menjadi 75, tiga perempat produksi sebelum perang; di tahun 1929 sekitar 200, tahun 1932: 300, dapat dikatakan tiga kali selama masa perang.
Gambaran ini bahkan menjadi lebih tajam dalam indeks internasional. Dri tahun 1925 hingga 1932 produksi industri Jerman telah berkurang satu setengah kali, di Amerika dua kali, di Uni Soviet produksi industri telah mencapai kenaikan 4 kali lipat. Gambaran-gambaran ini telah cukup berbicara.
Saya tidak punya maksud mengingkari atau menyembunyikan sisi yang buruk dari kehidupan ekonomi Sovyet. Hasil-hasil indeks industri dipengaruhi secara luar biasa oleh buruknya perkembangan produksi agraria, dapat dikatakkan, dalam wilayah kerja yang secara esensial belum dibangkitkan kepada metode-metode sosial, tetapi pada saat yag bersamaan telah digiring menuju jalan kolektifisasi dengan persiapan yang tidak cukup, lebih secara birokrasi dibandingkan secara teknis dan ekonomis. Ini masalah besar yang, bagaimanapun, melampaui kuliah saya ini.
Angka-angka indeks yang disebutkan tadi memerlukan reservasi penting. Hasil-hasil yang tak dapat disangkal dan dengannya merupakan hasil mencengangkan dari industrialisasi Soviet, memerlukan check ulang lebih jauh dari titik pandang mengenai adaptasi mutual elemen-elemen ekonomi yang beraneka ragam, keseimbangan yang dinamis, dan secara konsekuen kapasitas produksi mereka. Di sinilah terletak kesukaran-kesukaran yang besar dan bahkan langkah-langkah mundur tak dapat dielakkan. Sosialisme tidak terbit dalam bentuknya yang sempurna dari Rencana Lima Tahun seperti Minerva muncul dari kepala Jupiter atau Venus muncul dari busa lautan. Sebelum mencapai kesempurnaan, ada berpuluh-puluh tahun kerja yang tekun, berbagai kekeliruan, perbaikan-perbaikan, dan reorganisasi. Lebih jauh, marilah jangan kita lupakan konstruksi kaum sosialis, sesuai dengan sifat yang paling mendasar, hanya dapat mencapai kesempurnaan di atas arena internasional. Tetapi, bahkan yang paling menyenangkan pun, perhitungan di atas kertas atas hasil-hasil ekonomi yang diperoleh sampai sejauh ini hanya mengungkapkan ketidakbenaran dari kalkulasi-kalkulasi pendahuluan, kekeliruan perencanaan, dan kesalahan-kesalahan tujuan. Ini tidak akan menyangkal fakta-fakta empiris yang telah didirikan dengan tegas - kemungkinan, dengan pertolongan metode-metode sosialis, untuk meningkatkan produktivitas buruh kolektif hingga ketinggian yang belum pernah terdengar. Penaklukan ini, penaklukan terhadap kepentingan historis dunia, tak dapat dienyahkan dari kita oleh siapapun, atau oleh apapun.
Setelah apa yang sudah dibicarakan, adalah tidak berguna sama sekali untuk menghabiskan waktu untuk keluhan-keluhan bahwa Revolusi Oktober telah membawa Rusia ke kejatuhan peradaban. Ini adalah suara dari rumah-rumah dan salon-salon penguasa yang gelisah. "Peradaban" borjuis feodal yang ditumbangkan oleh pemberontakan proletariat hanyalah barbarisme dengan dekorasi ala Talmi. Sementara ini tidak dapat diakses oleh rakyat Rusia, ini membawa sedikit yang baru ke dalam kekayaan umat manusia.
Akan tetapi, bahkan mengenai peradaban ini, yang dikeluhkan oleh emigre putih, kita harus memaparkan pertanyaan yang lebih tepat - bagaimanakah peradaban ini telah dihancurkan? Hanya dalam satu hal: monopoly minoritas kecil terhadap kekayaan perabadan telah dihancurkan. Tetapi semua nilai kebudayaan di dalam peradaban Rusia lama tidak tersentuh sama sekali. "Huns" Bolshevisme tidak menghancurkan pencapaian ilmu pengetahuan maupun penciptaan seni. Sebaliknya, mereka secara hati-hati mengumpulkan monumen-monumen kekreatifan manusia dan mengatur mereka di dalam model yang teratur. Kebudayaan monarki, bangsawan, dan borjuis sekarang telah menjadi kebudayaan musium sejarah.
Masyarakat mengunjungi musium-musium ini dengan antusias. Tetapi mereka tidak hidup di dalamnya. Mereka belajar. Mereka membangun. Satu fakta bahwa Revolusi Oktober mengajarkan rakyat Rusia, lusinan rakyat Czar Rusia, untuk membaca dan menulis, berdiri lebih tinggi dari pada seluruh kebudayaan Rusia sebelumnya.
Revolusi Oktober telah meletakkan dasar-dasar bagi sebuah peradaban baru yang didesain tidak untuk sebagian kecil orang-orang pilihan, melainkan untuk semua orang. Hal ini dirasakan oleh massa dari seluruh dunia. Dengannya simpati mereka untuk Uni Soviet adalah sama bergairahnya dengan yang dulu pernah terjadi yaitu kebencian mereka terhadap Tsarist Rusia.
Bahasa umat manusia merupakan sebuah instrumen yang tidak dapat digantikan, bukan hanya untuk memberikan nama terhadap kejadian-kejadian tetapi juga untuk penilaian mereka. Dengan menyaring keluar semua yang kebetulan, episodik, dan palsu, bahasa umat manusia menyerap semua yang penting, karakteristik, dan berbobot. Perhatikan dengan perasaan apa bahasa negara-negara yang beradab telah membedakan dua era di dalam perkembangan Rusia. Kebudayaan bangsawan telah membawa ke dalam dunia bahasa kata-kata barbarisme seperti Czar, Cossaks, pogrom, nagaika. Anda tahu kata-kata tersebut dan apa arti mereka. Revolusi Oktober memperkenalkan ke dalam dunia bahasa kata-kata seperti Bolshevik, Soviet, kolkhoz, Gosplan, Piatileka. Disini linguistik yang praksis menjadi persidangan yang agung!
Arti yang paling dalam dari Revolusi, tetapi yang paling sukar diukur dengan segera, terkandung di dalam kenyataan bahwa revolusi tersebut membentuk dan menguatkan karakter massa. Konsepsi bahwa rakyat Rusia adalah lambat, pasif, sayu, mistikal sangatlah tersebar dan bukanlah sebuah kebetulan. Konsepsi ini mempunyai akarnya, di dalam masa lalu. Tetapi di negara-negara Barat sampai saat ini, perubahan-perubahan besar ini yang sudah diperkenalkan ke dalam karakter masyarakat oleh revolusi, masih belum dipertimbangkan secara memadai. Mungkinkah hal yang sebaliknya terjadi?
Setiap orang yang mempunyai pengalaman hidup dapat mengingat foto saat muda yang dia tahu, terbuka, antusias, semua terlalu rentan. yang kemudian di bawah pengaruh dorongan moral tiba-tiba menjadi lebih kuat, lebih seimbang, dan sukar dikenali. Di dalam perkembangan sebuah negara, perubahan moral macam itu dikerjakan oleh revolusi.
Pemberontakan bulan Februari melawan otokrasi, perjuangan melawan kaum bangsawan, melawan peperangan kaum imperialis, demi perdamaian, tanah, kesetaraan nasional, Pemberontakan Oktober, penumbangan kaum borjuis dan partai-partai yang mendukungnya, atau mencari ppersetujuan dengan kaum borjuis, tiga tahun perang sipil di medan seluas 5.000 mil, bertahun-tahun blokade, kelaparan, keperihan, penderitaan, dan penyakit-penyakit epidemi, tahun-tahun rekonstruksi ekonomi yang begitu keras dan tegang, tahun-tahun berisi kesukaran-kesukaran dan penolakan-penolakan --semua ini mejadi sekolah yang keras tetapi amat berfaedah. palu yang berat menghantam kaca tapi menempa baja. Palu revolusi adalah besi baja yang ditempa dari karakter rakyat.
Segera setelah kebangkitan massa, seorang jenderal Tsarist, Zalweski, menulis dengan penuh kemarahan, "Siapa yang akan percaya bahwa seorang tukang antar barang atau seorang tukang ronda tiba-tiba menjadi penjaga keadilan, seorang pelayan rumah sakit menjadi direktur rumah sakit, seorang tukang cukur menjadi kepala kantor, seorang kopral menjadi panglima tertinggi, seorang buruh harian menjadi mayor, seorang juru kunci kuburan menjadi direktur sebuah pabrik?"
"Siapa yang akan mempercayainya?" Tapi hal itu harus dipercaya. Mereka tak dapat melakukan hal lain apapun, kecuali mempercayainya. Ketika para kopral mengalahkan para jenderal, ketika sang mayor --yang di hari sebelumnya adalah buruh pekerja-- mematahkan resistensi birokrasi yang kuno, montir kereta menguasai sistem transportasi, juru kunci sebagai direktur menempatkan perangkat industri ke dalam kondisi kerja, "Siapa yang akan mempercayainya?" Biarkan orang hanya berusaha untuk tidak mempercayainya.
Sebuah penjelasan dari keteguhan luar biasa yang ditunjukkan oleh massa rakyat Uni Soviet selama tahun-tahun revolusi, banyak pengamat asing mempercayakannya pada, sesuai dengan kebiasaan purba, "kepasifan" karakter orang Rusia. Anakronisme keterlaluan! Massa revolusioner menanggung derita atas adanya hak milik pribadi secara sabar tetapi tidak secara pasif. Dengan tangan mereka sendiri mereka menmciptakan sebuah masa depan yang lebih baik dan mereka ditetapkan untuk menciptakannya dengan bayaran apapun. Biarkan kelas musuh melulu berusaha untuk memaksakan kehendaknya dari sisi luar massa yang sabar ini! Tidak. Lebih baik dia tidak mencobanya!
Revolusi dan Tempatnya Di Dalam Sejarah
Ijinkan saya sekarang, untuk yang terakhir, berusaha menegaskan tempat Revolusi Oktober, tidak hanya dalam sejarah Rusia tetapi di dalam sejarah dunia. Selama tahun 1918, dalam sebuah periode selama 8 bulan, 2 kurva historis saling memotong. Kebangkitan Februari --yang merupakan gema terlambat dari perjuangan-perjuangan hebat yang telah diadakan dalam abad-abad sebelumnya di daerah-daerah teritorial Belanda, Inggris, Perancis, hampir seluruh Benua Eropa-- mengambil tempatnya dalam serial revolusi-revolusi borjuis. Revolusi Oktober memproklamirkan dan membuka dominasi kaum proletariat. Kapitalisme dunia menderita kekalahan besar pertamanya di atas teritorial Rusia. Rantai putus di sambungannya yang terlemah. Tetapi rantainya yang putus waktu itu, bukan semata sambungannya.
Kapitalisme telah menjadikan dirinya hidup sebagai sistem dunia. Ia telah berhenti memenuhi fungsi esensialnya: meningkatkan level kekuatan dan kesejahteraan manusia. Kemanusiaan tidak dapat bartahan tetap stagnan pada level yang telah dicapai. Hanya sebuah penambahan yang kuat sekali dalam kekuatan produktif dan sebuah organisasi yang disuarakan, direncanakan, yaitu organisasi produksi dan distribusi sosialis, yang dapat memberi jaminan pada kemanusiaan --sepenuhnya kemanusiaan-- akan adanya sebuah standar hidup yang layak dan secara bersamaan memberikan kepadanya perasaan mulia akan kebebasan dengan respek terhadap ekonominya sendiri. Kebebasan dalam dua pengertian --pertama sekali, semua manusia akan tidak lebih lama lagi terpaksa mengikat bagian terbesar kahidupannya pada kerja keras fisik. Kedua, dia akan tidak lebih lama tergantung pada hukum-hukum pasar, yaitu kekuatan-kekuatan buta dan tak jelas yang bekerja di belakangnya. Ia akan membangun ekonominya secara bebas, menurut rencana, dengan kompas di tangannya. Sekarang, ini adalah masalah mengenai hal terus-terusan menyoroti anatomi masyarakat pada mesin X-ray, masalah penyingkapan semua rahasia-rahasianya dan mensubjekkan fungsi-fungsinya pada rasio dan kehendak kemanusiaan kolektif. Dalam pengertian ini, sosialisme harus menjadi suatu langkah baru dalam sejarah kemajuan umat manusia. Sebelum nenek moyang kita,yang pertama mempersenjatai diri dengaan kapak batu, seluruh alam menghadirkan sebuah kospirasi kekuatan-kekuatan rahasia dan bermusuhan padanya. Kemudian ilmu alam, bahu-membahu dengan teknologi praktis, menerangi alam hingga kedalaman-kedalamannya yang paling rahasia. Dengan penggunaan energi elektrik, ahli fisika membuktikan kebenaran nukleus dari atom. Waktu bukanlah ukuran yang lama ketika ilmu pengetahuan akan dengan mudah menyelesaikan tugas para ahli kimia, dan merubah rabuk menjadi emas, serta merubah emas jadi rabuk. Di mana syetan-syetan dan keganasan alam pernah ngamuk, di sana sekarang kehendak industri manusia akan berkuasa jauh lebih lagi.
Tetapi sementara ia (manusia) telah dengan jayanya bergulat menundukkan alam, manusia membangun relasi-relasinya untuk memerintah manusia secara membuta nyaris seperti layaknya para kumbang dan semut. Secara perlahan dan amat tersendat-sendat, ia mendekati problem-problem masyarakat manusia.
Reformasi Besar telah menghadirkan kemenangan pertama dari individualisme kaum borjuis dalam sebuah bidang kekuasaan yang diperintah oleh tradisi yang mati. Dari gereja, pikiran kritis beranjak ke Negara. Lahir dalam perjuangan bersama dengan absolutisme dan tingkatan-tingkatan hidup abad pertengahan, doktrin mengenai kedaulatan rakyat dan hak-hak manusia serta warga negara tumbuh lebih kuat. Demikianlah muncul sistem parlementer. Pemikiran kritis melakukan penetrasi ke dalam wilayah administrasi pemerintahan. Rasionalisme politis mengenai demokrasi adalah pencapaian tertinggi dari kaum borjuis revolusioner.
Tetapi di antara alam dan negara berdiri kokoh kehidupan ekonomi. Pengetahuan teknis membebaskan manusia dari tirani elemen-elemen kuno --bumi, air, api, dan udara yang cuma menjadikannya subjek di bawah tiraninya sendiri. Manusia berhenti menjadi budak alam untuk menjadi budak mesin, lebih buruk lagi, menjadi budak penawaran dan tuntutan pasar (supply and demand). Krisis dunia sekarang ini diuji khususnya dalam cara tragis bagaimana manusia, yang menyelam hingga ke dasar samudera, yang meloncat jauh hingga stratofir, yang bercakap-cakap di atas gelombang tak nampak dari Antipodes, bagaimana penguasa alam yang dibanggakan dan gagah perkasa ini tetap saja budak bagi kekuatan-kekuatan buta ekonominya sendiri. Tugas historis epos kita terdapat dalam hal menggantikan tempat permainan pasar yang tak bisa dikontrol, dengan rencana-rencana yang beralasan, dalam pendisiplinan kekuatan-kekuatan produksi, pemaksaan atasnya untuk bekerjasama dalam harmoni dan secara patuh melayani keperluan umat manusia. Hanya di atas basis sosial yang baru ini manusia akan mampu memperkuat tungkai-tungkainya yang lemah dan tiap laki-laki serta tiap perempuan, bukan hanya sebagian kecil yang terseleksi --akan menjadi seorang warga negara dengan kekuatan penuh dalam bidang pemikiran.
Masa Depan Manusia
Tetapi ini belum lagi akhir dari jalan. Bukan, ini hanyalah permulaannya. Manusia menyebut dirinya sendiri sebagai ciptaan yang paling mulia. Dia mempunyai hak yang sungguh benar terhadap klaim tersebut. Tetapi siapa yang telah menyatakan bahwa manusia masa-kini adalah wakil yang terakhir dan paling tinggi dari spesies Homo Sapiens? Tidak, secara fisikal dan secara spiritual manusia amat sangat jauh dari kesempurnaan, secara biologis ia dilahirkan prematur, dengan pikiran lemah, dan belum menghasilkan satu pun keseimbangan organis yang baru.
Adalah benar bahwa kemanusiaan telah lebih dari satu kali mencetuskan raksasa-raksasa pemikiran dan tindakan, yang menjulang melampaui manusia-manusia sejamannya, puncak-puncak dalam alur pegunungan. Ras manusia mempunyai hak untuk berbangga pada Aristoteles, Shakespeare, Darwin, Beethoven, Goethe, Marx, Edison, dan Lenin, yang dimiliki oleh ras manusia itu. Tapi mengapa mereka ini begitu jarang adanya? Di atas semuanya, karena nyaris tanpa kecuali mereka muncul dari kelas menengah dan atas. Terpisah dari perkecualian-perkecualian yang jarang, kilauan dari jennius di kedalaman yang ditekan oleh orang-orang adalah selalu dihambat, dihalangi sebelum mereka dapat menyembur menjadi nyala api. Tetapi juga karena proses-proses penciptaan, perkembangan dan pendidikan seorang makhluk manusia adalah dan tetap secara esensial adalah merupakan sebuah soal mengenai perubahan, tidak disoroti jalannya oleh teori dan praktek, tidak disubjekkan jalannya oleh kesadaran dan kehendak.
Antropologi, biologi, fisiologi, dan psikologi telah mengumpulkan bergunung-gunung material untuk mengangkat manusia di dalam keseluruhannya tugas untuk menyempurnakan dan mengembangkan tubuh dan jiwa. Psiko-analisis, melalui tangan Sigmund Freud, telah membuka tutup sumur yang disebut "jiwa" secara puitis. Dan apakah yang sudah dibuka? Pikiran kita yang sadar hanyalah sebuah bagian yang kecil dari kekuatan batin yang gelap. Penyelam yang terpelajar menyelam ke dasar lautan dan disana mengambil foto ikan-ikan yang misterius. Pikiran manusia, yang turun ke dasar sumber batinnya sendiri harus menerangi sumber penggerak jiwa yang paling misterius dan menerapkan logika dan kemauan kepada mereka (sumber penggerak jiwa).
Setelah dia selesai dengan kekuatan anarkis di dalam masyarakatnya, manusia akan mulai bekerja pada dirinya sendiri, di dalam tumbukan dan gelas ahli kimia. Untuk pertama kalinya, umat manusia akan menganggap dirinya sendiri sebagai bahan mentah, atau paling baik sebagai produk jasmani dan rohani yang setengah-jadi. Sosialisme akan berarti sebagai sebuah lompatan dari wilayah keharusan (necessity) ke dalam wilayah kebebasan. Dalam pengertian ini berarti juga bahwa manusia masa kini, dengan seluruh kontradiksinya atas kekurangan harmoni, akan membuka jalan bagi sebuah ras yang baru dan lebih berbahagia.
SUMBER:WWW.marxis.com