Tahun telah berlalu, mungkin ini hanya pertambatan kehidupan sementara dalam proses hidup. Mungkin pada umumnya manusia sangat menikmati pergantian tahun, apa yang menjadi nilai dari sebuah prosesi pergantian tahun ?, Mungkin hanya sebatas seleberasi seremonial saja atau tepatnya ritual manusia untuk berpaling dari keterasingan, ya mungkin karena ke tidak mampuan manusia dalam melihat objek dalam persepsi yang berbeda.
Mungkin manusia hanya berusaha memalingkan sebuah sisi lain hidup dengan selebarasi tahun baru. Dalam aspek tertentu seharusnya tahun baru dimaknai sebagai sebuah perenungan bahwa semua yang dilakoni manusia hanya sebuah dramaturgi spritual, dan kita sebagai lakon harus bisa memuaskan satu-satunya penonton sekaligus sumber dari hidup manusia yaitu TUHAN yang selalu kita bohongi dan selalu kita maknai sebagai candu dari dari sumber keterasingan manusia.
Setelah manusia terpuaskan dalam lakon dramaturgi monolog manusia akan selalu berkeluh kesah akan kesusahannya akan hari ini dan hari esok, manusia seharusnya tahu bahwa kesusahan hari ini adalah cukup untuk hari ini dan kesusahan hari esok adalah untuk hari esok.
Tendensi manusia selalu berkeluh kesah akan sebuah capaian yang gemilang dan menjadikannya sebagai tolak ukur dari kemampuan EGO manusia dalam mencapai sebuah kegemilangan.
Semua itu adalah sebuah proses dramaturgi yang tidak ada artinya jika tidak dapat memuaskan Sang PENILAI, jika hal tersebut hanya sebuah rutinitas tanpa sebuah ke Ikhlasan dan keluhuran, Sebab bagi Sang Penilai manusia hanya sebagai rumput, "SEBAB SEMUA YANG HIDUP ADALAH SEPERTI RUMPUT DAN SEGALA KEMULIANNNYA SEPERTI BUNGA RUMPUT, MENJADI KERING DAN BUNGA GUGUR".
YA DAN AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar