Label

Jumat, 10 September 2010

SARASVATI EP ALBUM

Kemarin saya bersama teman saya berjalan-jalan dengan motor ke daerah jakarta selatan, tujuan saya tidak lain adalah berburu album EP Sarasvati (Ex homogenic /Risa Saraswati), hampir satu jam lebih keliling daerah jakarta selatan tepatnya daerah Pakubuwono, kebayoran baru. Memang susah sekali mencari daerah yang bernama jalan bumi tersebut ya mungkin karena saya memang sangat jarang main ke daerah jakarta selatan. Dengan bersusah-susah bersama teman saya yang mau berbaik hati menemani saya mencari alamat tujuan yang hendak saya cari, ditambah dengan kehujanan namun akhirnya saya menemukan daerah yang saya tuju, dan akhirnya saya mendapatkan album EP Sarasvati.
lagu yang pertama kali saya dengar adalah lagu yang berjudul bilur, yang konon menurut Sarasvati (Risa Saraswati), lagu tersebut adalah kisah nyata yang mengisahkan tentang seorang penembang sunda atau tepatnya seniman tradisonal yang sangat terkenal yang bernama mae yang mempunyai paras yang cantk dan memikat kaum adam, yang mana kehidupannya selalu dipenuhi dengan ironi yang memilukan hingga sampai akhir hayatnya pun sangat suram dan memilukan, dilagu tersebut juga disisipi dengan penggalan lirik yang berbahasa sunda "Duh, teungteuingeun...tuntung lengkah...geuning...bet peurih...", yang menurut Sarasvati berarti benar-benar menyakitkan....akhir langkahku ternyata tetap perih...dan selalu perih, dan saya juga sempat menanyakan kepada teman saya yang bisa berbahasa sunda yang bernama mas indra juga mengartikan"keterlaluan...ujung langkah...ternyata...kok...perih", kurang lebih seperti itu jujur pertama kali saya membaca penjesan tetantang lagu tersebut di facebook Sarasvati, saya jadi dapat membayangkan tentang kisah hidup seorang penembang wanita yang mengalami ironi hidup yang suram sampai akhir hayatnya, sekalian saya tulis lagu yang berjudul bilur:


BILUR
Oleh Sarasvati (RISA SARASWATI EX HOMOGENIC)

Selendang bersulam sutra, biduri lembayung jingga...

Saksi mati tuk bersaksi, gelimang pesona diri...

Belia usia dulu, ruap cinta tlah menggebu...

Samar kulihat dunia...tak sadar semua fana...

Sekilas lihatlah mega, anugerah tiada tara...

Ini tak adil untukku, halimun hitam merasuk...

Ceracau getir ibunda, gemertak sengap hatinya...

Firasat tak penah salah...Hanya kuberbuat... Ulah....


Semerbak dupa iringi kumelangkah..

Cungkupku hanya tanah...

Bilur hati merambah...

Akan datangkah bagiku...Kesempatan...

Bila tak ada titian...

Diri yang rupawan...

Bila tak ada titian...Jalan yang....Rupawan...

"Duh, teungteuingeun...tuntung lengkah...geuning...bet peurih..."


NB:

SATU HAL KALAU KARYA SENI DIBUAT BERDASARKAN KETULUSAN DAN KEJUJURAN MAKA KARYA SENI TERSEBUT TIDAK AKAN LEKANG OLEH ZAMAN

Tidak ada komentar: